KATA
PENGANTAR
Segala Puji hanya milik Allah yang menguasai segala
urusan di bumi, di langit, dan seisinya. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan
ke hadirat Nabi Muhammad, keluarganya, khalifah sesudahnya, dan seluruh
umatnya.
Islam adalah agama yang komprehensif, ia tidak hanya
mengatur cara manusia menyembah Tuhannya, tetapi juga mengatur segala sendi
kehidupan. Mulia dari tata cara hidup bermasyarakat, menunutut ilmu, bahkan
juga mengatur tata negaraan.
Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk mengerjakan
tugas Sejarah Islam mengenai Peradaban Islam pada masa Dinasti
Turki Usmani. Agar dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik dan benar.
Mohon maaf apabila dalam makalah ini masih banyak
tulisan yang salah dan banyak kata-kata yang tidak baku. Semoga pembaca dapat
menikmati makalah yang kami tulis ini dan semoga materi ini berguna. Terima
kasih.
Bandung, 26 November 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………….………………………………………………..…
DAPTAR ISI ………………..………………………………………………………….........
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG …………………………………………………………
B.
IDENTIFIKASI MASALAH …………………………………………………..…..…
C.
RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………...
BAB II LANDASAN TEORI
A.
ASAL MULA DINASTI TURKI USMANI ……………………………………..…..
B.
KHALIFAH TERBESAR DARI DINASTI TURKI USMANI….…………..……....
C.
EKFANSI WILAYAH DINASTI TURKI USMANI …………………………
D.
MASA KEJAYAAN DINASTI TURKI USMANI………………………………..…
E.
KERUNTUHAN DINASTI TURKI USMANI…………………………………….....
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN………………………………………………….…………………….…….
DAPTAR PUTAKA ………………………………………………………….…………....
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Segala
kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari yang namanya sejarah. Sejarah
merupakan segala peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang telah terjadi
yang dapat memberikan segala manfaat bagi kehidupan manusia baik itu menjadi
sumber inspirasi, edukatif, maupun sebagai sumber rekreatif bagi setiap
manusia. Khususnya sejarah mengenai peradaban Islam.
Sejarah
mengenai peradaban Islam ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi para
umat Islam di dunia. Di mana melalui sejarah peradaban Islam terdapat berbagai
cerita atau kronologi mengenai peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan agama
Islam baik itu pada zaman Rasulullah, pada masa Khulafaurrasyidin, atau setelah
para sahabat meninggal dunia.
Salah
satu yang dikaji dalam sejarah peradaban Islam ialah mengenai kerajaan-kerajaan
yang berdiri sepeninggalan Rasulullah dan para sahabatnya, diantara
kerajaan-kerajaan tersebut adalah kerajaan Turki Usmani yang berdiri selama
kurang lebih 7 abad lamanya. Kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh banyak
khalifah karena kerajaan ini berdiri dalam waktu yang lama. Banyak
peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kerajaan Turki Usmani, baik
itu mengenai konflik intern, ekstern, mengenai kejayaan-kejayaan yang
diperoleh, para pemimpinnya, faktor penyebab kemundurannya dan sebagainya.
Sehingga perlu mempelajari mengenai Kerajaan Turki Usmani.
Hal
inilah yang melatarbelakangi penyusunan makalah ini untuk mengkaji lebih dalam
mengenai kerajaan Turki Usmani, baik itu mengenai latar belakang kemunculannya,
para pemimpinnya, kejayaan yang diperoleh serta faktor-faktor yang menyebabkan
keruntuhannya.
B.
Identifikasi
Masalah
A. Asal Mula Dinasti Turki Usmani
B. Khalifah Terbesar dari Dinasti Turki Usmani
C. Ekspansi Wilayah Dinasti Turki Usmani
D. Masa Kejayaan Dinasti Turki Usmani
E. Keruntuhan Dinasti Turki Usmani
C.
Rumusan
Masalah
A. Bagaimana asal Mula Dinasti Turki Usmani ?
B. Siapan Khalifah Terbesar dari Dinasti Turki
Usmani ?
C. Bagaimana Ekspansi Wilayah Dinasti Turki Usmani ?
D. Masa Kejayaan Dinasti Turki Usmani ?
E. Faktor Keruntuhan Dinasti Turki Usmani ?
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Asal
Mula Dinasti Turki Usmani
Kerajaan
Turki Usmani didirikan oleh suku bangsa pengembara yang berasal dari wilayah
Asia Tengah, yang termasuk suku Kayi. Ketika bangsa Mongol menyerang umat
Islam, pemimpin suku kayi, Sulaiman Syah, mengajak anggota sukunya untuk menghindari
serbuan bangsa Mongol tersbut dan lari ke arah barat. Bangsa Mongol itu mulai
menyerang dan menaklukan wilayah Islam yang berada di bawah kekuasaan dinasti
Khwarazm Syah tahun 1219-1220 M. Sulaiman Syah meminta perlindungan kepada
Jalal Ad-Din, pemimpin terakhir dinasti Khwarazm Syah tersebut di Transoksania,
sebelum dikalahkan oleh pasukan Mongol. Jalal ad-Din memberi jalan agar
Sulaiman pergi ke Barat ke arah Asia kecil, dan di sanalah mereke menetap.
Sulaiman ingin pindah lagi ke wilayah Syam setelah ancaman Mongol reda. Dalam
usahanya pindah ke negri Syam tersebut, pemimpin orang-orang Turki tersebut
hanyut di suangi Euphrat yang tiba-tiba pasang karena banjir besar, tahun 1228.
Mereka
akhirnya terbagi menjadi 2 kelompok, yang pertama ingin pulang ke negeri
asalnya, dan yang kedua meneruskan perantauannya ke wilayah Asia Kecil.
Kelompok kedua itu berjumlah sekitar 400 keluarga dipimpin oleh Erthogrol
(Arthogrol), anak Sulaiman. Mereka akhirnya menghambkan dirinya kepada Sultan
Ala ad-Din II dari Turki Saljuq Rum yang pemerintahannya berpusat di Konya,
Anatolia, Asia Kecil.
Di
sana di bawah pimpinan Ertoghrul mereka mengabdikan diri kepada Sultan Seljuk
yang sedang berperang melawan Bizanthium. Pada waktu itu bangsa Saljuq yang
serumpun dan seagama dengan orang-orang Turki imigran tadi melihat bahaya
bangsa Romawi yang mempunyai kekeuasaan kemaharajaan Romawi Timur (Bizantium).
Dengan adanya tambahan pasukan baru dari saudara sebangsanya itu pasukan Saljuq
menang atas Romawi. Sultan gembira dengan kemenangan tersebut dan memberi
hadiah kepada Erthogrol wilayah yang berbatasan dengan Bizantum. Dengan senang
hati Erthogrol membangun tanah perdikan itu dan berusaha memperluas wilayahnya
dengan merebut dan merongrong wilayah Bizantium. Mereka menjadikan Sogud
sebagai pusat kekuasaannya. Diansti Saljuk Rum sendiri sedang surut pada saat
itu. Dinasti tersebut telah berkuasa di Anatholia bagian tengah kurang lebih
dua ratus tahun lamanya, sejak tahun 1077 hingga tahun 1300.
Erthogrol
mempunyai seorang putra yang bernama Usman yang diperkirakan lahir tahun 1258.
Nama Ustman itulah yang diambil sebagai nama untuk kerajaan Turki Usmani.
Erthogrol meninggal tahun 1280. Usman ditunjuk untuk menggantikan kedudukan
ayahnya sebagai pemimpin suku bangsa Turki atas persetujuan Sultan Saljuq, yang
merasa gembira karena pemimpin baru itu dapat meneruskan kepemimpinan
pendahulunya. Sultan banyak memberikan hak istimewa kepada Usman dan
mengangkatnya menjadi gubernur dengan gelar bey di belakang namanya. Usman juga
diperbolehkan untuk mencetak uang sendiri dan didoakan dalam khutbah jum’at.
Namun demikian, sebagian ahli menyebutkan bahwa Usman adalah anak Sauji. Sauji
itulah anak Erthogrol, sehingga Usman adalah cucunya, bukan anaknya. Sauji
telah meniggal sebelum ayahnya meninggal. Ia meninggal dalam perjalanan pulang
sehabis memohon kepada Sultan Saljuq atas perintah ayahnya Erthogrol untuk
tinggal menetap di wilayahnya. Permohonan itu dikabulkan oleh Sultan makanya Erthogrol
ketika menerima berita ini sedih bercampur gembira. Sedih karena anaknya
meninggal dan gembira karena permohonannya untuk menettap di wilayah Saljuq itu
dikabulkan oleh Sultan.
Ketika
Erthogrol meninggal dunia tahun 1289 M, kepemimpinan dilanjutkan oleh Usman.
Usman inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajan Usmani. Usman memerintah
antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada
Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizanthium
yang berdekatan dengamn kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol
menyerang kerajaan Seljuq Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa
kerajaan kecil. Usmanpun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah
yang didudukinya. Sejak itulah kerajaan Usman dinyatakan berdiri. Penguasa
pertamanya adalah Usman yang sering disebut juga Usman I.
B.
Khalifah
Terbesar dari Dinasti Turki Usmani
Raja-raja
Turki Usmani bergelar Sultan dan Khalifah sekaligus. Sultan menguasai kekuasaan
duniawi dan khalifah berkuasa di bidang agama atau spiritual. Mereka
mendapatkan kekuasaan secara turun-temurun, tetapi tidak harus putra pertama
yang menjadi pengganti sultan terdahulu. Ada kalanya putra kedua atau putra
ketiga dan menggantikan sultan. Dalam perkembangan selanjutnya pergantian
kekuasaan itu juga diserahkan kepada saudara sultan bukan kepada anaknya.
Dengan sistem pergantian kekuasaan yang demikian itu sering timbul perebutan
kekuasaan yang tidak jarang menjadi ajang pertempuran antara satu pangeran
dengan pangeran yang lalinnya, yang mengakibatkan lemahnya kekuasaa Usmaniyyah.
sejak zaman Usman hingga Sulaiman yang agung dapat dikatakan bahwa para
sultannya terdiri dari orang-orang yang kuat, dapat mengembangkan kerajaannya
hingga ke Eropa dan ke Amerika.
Di
masa Sulaiman yang bergelar juga al-Qanuni itulah Turki Usmani mencapai puncak
kejayaannya. Setelah masa itu para sultannya dalam keadaan lemah, ditambah lagi
dengan banyaknya serangan balik dari negeri-negeri Eropa yang sudah merasa
kuat. Akhirnya para penguasa Usman tidak dapat lagi mempertahankan kerajaanya
yang luas itu dan hilanglah kekuasaannya tahun 1924 ketika Mustafa Kemal
Attaturk menghapuskan khalifah untuk selama-lamanya di bumi Turki dan
bergantilah negeri itu menjadi Republik hingga kini. Dalam sekian lama
kekuasaannya sekitar 165 tahun berkuasa tidak kurang dari tiga puluh delapan
sultan, yang sejarah kekuasaan mereka bisa di bagi menjadi lima periode.
a)
Periode
pertama
Periode
ini dimulai dari berdirinya kerajaan, ekspansi pertama sampai kehancuran sementara
oleh serangan Timur. Sultan-sultannya adalah sebagai berikut:
·
Usman I
1299-1326
·
Orkhan (putera Usman I)
1326-1359
·
Murad (putera Orkhan) 1359-1389
·
Bayazid I Yildirim (Putera Murad) 1389-1402
Sebagaimana
telah disebutkan di atas, Usman mendapatkan kekuasaannya setelah meningglanya
Sultan Saljuq Rum, Ala ad-Din II. Kerajaannya diperkuat dengan menambah
wilayah-wilayah yang dirampasnya dari Bizanthium. Untuk negeri-negeri yang
belum ditaklukan di wilayah Asia Kecil, Usman mengirim surat kepada mereka
untuk memilih dari tiga piliha, yakni tunduk dan memeluk agama islam, membayar
jizyah, atau diperangi. Banyak dari mereka yang tunduk dan memeluk agama islam,
sebagian yang lain mau membayar jizyah, tetapi ada pula yang menentang dan
bersekutu dengan tentara Tartar untuk melawannya. Usman pun tidak gentar
menghadapinya, disiapkan pasukan pilihan untuk melawan sekutu Tartar yang akhirnya
dapat dikalahkannya. Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah
Al-Usman (raja besar keluarga Usman)
tahun 699 H setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Dia menyerang
daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian
pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.
Pada
masa pemerintahan Orkhan 1326 M kerajaan Turki Usmani dapat meenaklukan Azmir
(Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354
M), dan Galli poli (1356 M). Daerah ini adalah bagian benua Eropa yang pertama
kali diduduki kerajaan Usmani.
Ketika
Murad I berkuasa (1359-1389 M) selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia
melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Ia dapat menaklukkan Adrionopel,
Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh wilayah bagian Utara Yunani. Merasa
cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke Eropa, Paus mengobarkan
semangat perang. Sejumlah bessar pasukan Eropa disiapkan untuk memukul mundur
Turki Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman , raaja Honggaria. Namun
Sultan Bayazid 1 dapat mengahancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut.
Sultan
Bayazid naik tahta tahun 1389 dan mendapat gelar Yaldirin dan Yaldrum, yang
berarti kilat karena terkenal dengan serangan-serangannya yang cepat terhadap
lawannya. Ia menaklukkan wilayah-wilayah yang belum ditundukkan oleh para
pendahulunya. Di masanya terjadi perang besar antara pasukan Usmani dengan
ntentara sekutu Eropa.bayazid tidak gentar mengahdapi pasukan sekutu di bawah
anjuran Paus dan bahkan menghancurkan pasukan salib. Ekspansi kerajaan Usmani
sempta terhenti beberapa lama. Ketika ekspansi diarahkan ke Konstantinopel,
tentara Mongol yang dipimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil.
Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M.
Tentara
Turki Usmani mengalami kekalahan. Bayazid bersama puteranya Musa tertawan dan
wafat dalam tawanan tahun 1403 M. Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa
akibat buruk bagi Turrki Usmani. Penguasa-penguasa Seljuq di Asia Kecil
melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Wilayah-wilayah Serbia dan
Bulgaria juga memproklamasikan kemerdekaan. Dalam pada itu putera Bayazid
saling berebut kekuasaan. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan
Muhammad I (1403-1421 M) dapat mengatasinya. Sultan Muhammad berusaha keras
menyatukan negaranya dan mengembalikan kekuatan dan kekuasaan seperti
sediakala.
b)
Periode
Kedua
Periode
ini ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya pertumbuhan sampai
ekspansinya yang terbesar. Sultan-sultannya adalah:
·
Muhammad I (Putera Bayazid I) 1 403-1421
·
Murad II (Putera Muhammad I) 1421-1451
·
Muhammad II Fatih (Putera Murad II) 1451-1481
·
Bayazid II (Putera Muhammad II) 1481-1512
·
Salim I (Putera Bayazid II) 1512-1520
·
Sulaiman I Qanuni (Putera Salim I) 1520-1566
Setelah
Timur Lenk meninggal dunia tahun 1405 M, kesultanan Mongol dipecah dan
dibagi-bagi kepada putera-peteranya yang satu sama lain saling berselisih.
Kondisi ini dimanfaatkan oleh penguasa Turki Usmani untuk melepaskan diri.
Namun pada saat ittu juga terjadi perselisihan antara putera-putera Bayazid
(Muhammad, Isa, dan Sulaiman). Setelah sepuluh tahun perebutan kekuasaan
terjadi, akhirnya Muhammad berhasil mengalahkan saudara-saudarnya. Usaha
Muhammad yang pertama kali ialah mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan
dasar-dasar keamanan dalam negeri. Muhammad baru diakui seluruh wilayah Usman
setelah berjuang kurang lebih sepuluh tahun. Ia mempunyai strategi yang berbeda
untuk menghadapi semua lawannya.ia membuat perjanjian damai dengan raja-raja
Eropa dan menaklukkan wilayah-wilayah yang menentang satu demi satu. Akirnya
wilayah Usman dapat disatukan satu demi satu. Integrasi wilayah ini tampaknya
mengejutkan Eropa karena mereka sama sekali tidak menduga bahwa Usman akan
bangkit kembali karena sudah berantakan akibat serangan Timur Lenk. Sultan
meninggal tahun 1421 M dan digantikan oleh putranya Murad II.
Sultan
Muran II naik tahta ketika beliau berumur muda sehingga tidak dihiraukan oleh
raja-raja Eropa. Banyak tantangan yang dia hadapi. Yang paling penting adalah
bersatunya pasukan Eropa di bawah komando negeri Honggaria dengan Huynade
sebagai pemimpinnya. Serangan-serangan terhadap dunia Islam membuahkan
kemenangan, yang memaksa Murad II untuk berdamai dengan mereka. Perdamaian
dengan sumpah di bawah kitab suci masing-masing agama itu Injil dan al-Qur’an
dikhanati oleh pihak Kristen. Mereka bernafsu menyerang kembali Usman tanpa
menghiraukan perjanjian yang telah dibuat belum lama berselang. Sultan Murad
yang semula mengundurkan diri dari panggung politik bangkit keembali guna
menghadapi penghinatan itu. Akhirnya dengan semangat yang tinggi dan serangan
yang dahsyat pasukan Huynade dapat dilumpuhkan dan ia lari ke Eropa. Sultan
Murad II meninggal setelah itu, pada tahun 1451 M, dan digantikan oeh putranya,
Muhammad II. Sultan Muhammad II naik tahta pada tahun 1451 M dengan mewarisi
kerajaan yang luas. Ia terkenal dengan nama Al-Fatih, sang penakluk atau
pembuka, karena pada masanya Konstantinopel sebagai ibu kota Bizantium
berabad-abad lamanya dapat ditundukkan. Hal itu terjadi pada tahu 1453 M.
Pasukan Usmani memblokade kota berbenteng kat itu dari segala penjuru yang
akhirnya kota itu dapat ditaklukkan. Gereja Aya Sophia yang terkenal itu diubah
menjadi mesjid dan kebebasan beragama dijamin. Ibu kota Usmani dipindahkan ke
kota itu dari Edirne. Telah berulang kali pasukan muslim sejak masa Umayyah
berusaha menaklukkan Konstantinopel, tetapi selalu gagal karena kokohnya
benteng di kota tua itu. Dengan terbukannya kota Konstantinopel sebagai benteng
pertahanan terkuat keerajaan Bizanthium, lebih memudahkan arus ekspansi Turki Usmani
ke benua Eropa. Dan wilayah Eropa bagian timur semakin terancam oleh Turki
Usmani. Karena ekspansi Turki Usmani juga dilakukan ke wilayah ini bahkan
sampai ke pintu gerbang kota Wina, Austria. Sultan Muhammad mengembangkan
wilayahnya lebih lanjut setelah penaklukan yang dinanti-nanti oleh umat Islam.
Sultan meninggal tahun 1481 dan diganti oleh putranya Bayazid II.
Berbeda
bengan ayahnya Bayazid II lebih memnetingkan kehidupan tasawuf daripada perang
di medan laga. Kelemahannyaa di bidang pemerintahan yang cenderung berdamai
dengan musuh mengakibatkan Sultan itu tidak begitu ditaati oleh rakyatnya,
termasuk putera-puteranya. Bahkan terjadi perselisihan yang panjang antara
mereka. Akhirnya Sultan Bayazid II mengundurkan diri dari pemerintahan tahun 1512
dan digantikan oleh puteranya Salim I.
Berbeda
dengan ayahnya Sultan Salim I memiliki kemampuan memerintah dan memimpin
peperangan. Maka pada saat pemerintahannya wilayah Usman bertambah luas hingga
menembus Afrika Utara. Syria dapat ditaklukan dan Mesir yangg diperintah oleh
kam Mamalik ditundukkan pada tahun 1517 M. Gelar khalifah yang disandang oleh
al-Mutawakkil ‘ala Allah, salah seorang keturunan Bani Abbas yang selamat daris
serangan bangsa Mongol 1235 M dan pada saat itu yang berada di bawah proteksi
Mamluk, diambil alih oleh Sultan. Dengan demikian sejak masa Sultan Salim para
sultaan Usmani menyandang juga gelar khalifah. Walaupun sangat sebentar sekali
berkuasa Sultan Salim sangat berjasa membentangkan wilayahnya hingga mencapai
Afrika Utara, suatu hal yang belum pernah dilakukan oleh para pendahulunya. Ia
meninggal tahun 1520 dan digantikan oleh anaknya Sulaiman I. Pada masa Sultan
Sulaiman I ini terjadilah zaman keemasan bagi kerajaan Turki Usmani. Wilayahnya
mencapai kawasan yang luas, meliputi daratan Eropa hingga Austria, Mesir dan
Afrika Utara hingga Aljazair dan Asia
hingga ke Persia. Serta meliputi lautan Hindia, laut Arabia, laut Merah, Lut
Tengah dan Laut Hitam. Ia menyebut dirinya sebagai Sultan dari segala Sultan,
raja diraja, pemberi anugrah mahkota
bagi raja-raja dan bayang-bayang Allah di muka bumi. Ia membuat dan
memberlakukan Undang-undang di wilayahnya sehingga ia disebut al-Qanuni,
pembuat Undang-undang. Orang Barat menyebutnya sebagai Sulaiman yang agung, The
Magnificinet. Ia wafat taahun 1566 dan digantikan oleh putranya Salim II. Di
masa anaknya inilah mulai tampak kemunduran kerajaan Usmani sedikit demi
sedikit.
c)
Periode
Ketiga
Periode
ini ditandai dengan kemampuan Usmani untuk mempertahankan wilayahnya, sampai lepasnya
Hungaria. Namun kemunduran segera terjadi. Dalam masa kemunduran Turki Usmani
setelah Sulaiman terdapat beberapa Sultan yang berkuasa berturut-turut sebagai
berikut:
·
Salim II (Putera Sulaiman I) 1566-1573
·
Murad III (Putera Salim II) 1573-1596
·
Muhammad III (Putera Murad III) 1596-1603
·
Ahmad I (Putera Muhammad III) 1603-1617
·
Mustafa I (Putera Ahmad I)
1617-1618
·
Usman II (Putera Ahmad I)
1618-1622
·
Mustafa I (Yang kedua kalinya) 1622-1623
·
Murad IV (Putera Ahmad I) 1623-1640
·
Ibrahim I (Putera Ahmad I) 1640-1648
·
Muhammad IV (Putera Ibrahim I) 1648-1687
·
Sulaiman III (Putera Ibrahim I) 1687-1691
·
Ahmad II (Putera Ibrahim I) 1691-1695
·
Mustafa II (Putera Muhammad IV) 1695-1703
Pada
akhir kerajaan Sulaiman I kerajaan Usmani berada di tengah-tengah dua kekuatan
Monarki Austria di Eropa dan keerajaan Shafawi di Asia. Selama periode ini
Usmani mencapai kemenangan dibeberapa negara di Eropa. Di Asia sistem Feodal
memungkinkan munculnya penguasa-penguasa lokal yang diberi gelar pasya. Mereka
ditemukan diperbatasa Persia dan Kurdistan, dan juga di Syria. Melemahnya
kerajaan Usmani pada awal periode ini sebagian besar disebabkan oleh alasan
domestik. Selama abad ke-16 sudah tampak bahwa Usmani hanya bisa bertahan
dengan perang yang terus menerus, sekarang keadaan itu harus disesuaikan dengan
kondisi aman. Pengganti Sulaiman tidak sesuai dengan tuntutan kondisi itu.
Sultan Muhammad II, Usman II, dan Muhammad IV sering menyertai pasukan dalam
ekspedisi, tetapi Murad IV adalah Sultan terakhir yang mempertahankan tradisi
ghazi. Jadi para sultan selanjutnya kurang terlibat langsung dalam administrasi
negara sekalipun mereka tetap dikelilingi oleh tradisi kebesaran.
Namun
ini tidak menyelamatkan pembunuhan Usman II pada tahun 1628 dan pemakzulan
Ibrahim pada tahun 1648 dan Muhammad IV pada tahun 1688. Bahkan para penguasa
dan jendral memainkan peran lebih penting dalam pemerintahan, seperti Mehmed
Saqoli Pasya di bawah Salim II, Sinan Pasya di bawah Muhammad II, Murad Pasya
dan Khalil Pasya di bawah Ahmad I dan Usman II. Di samping itu beberapa
kelompok lain bersaing dalam mengatur negara, seperti korps Janissari, Sipahi,
lingkaran istana dan ulama’ dengan instuisinya syaikh al-islam. Murad IV adalah
satu-satunya sultan yang sanggup menekan pengaruh kelompok-kelompok itu. Ia
bahkan berhasil meningkatkan kekuatan militer baru, Segban, berasama-sama
Janissari. Sekalipun terdapat gejolak keagamaan dari sebagian masyarakat
melawan orang-oarangg kristen, para negarawan itu menunjukkan sikap yang sangat
toleran.
Ada
pemberontakan agama yang dilakukan oleh masyarakat kelas bawah di Asia Kecil,
dan ini menunjukkan bahwa tradisi keagamaan lama abad ke-13 dan ke-14 tidak
seluruhnya lenyap. Pada tahun 1599 muncul gerakan Qara Yaziji dan Urfa, pada
tahun 1606 pemberontakan Qalender Oghlu di Sharukhan, yang sempat beberapa
tahun menguasai wilayah yang luas di Anatolia Barat, sampai dihancurkan oleh
Murad Pasya; pada tahun 1623-1628 terjadi pemberontakan Abaza yang melawan
Janissari. Di Anatolia timur ada gerakan pemisahan diri di bawah seorang Kurdi
bernama Janbulat di Syiria Utara.
d)
Periode
Keempat
Periode
ini ditandai dengan secara berangsur-angsur surutnya kekuatan kerajaan dan
pecahnya wilayah di tangan para penguasa wilayah. Sultan-sultannya adalah
sebagai berikut:
·
Ahmad III (Putera Muhammad IV) 1703-1730
·
Mahmud I (Putera Mustafa II) 1730-1754
·
Usman III (Putera Mustafa II) 1754-1757
·
Mustafa III (Putera Ahmad III) 1757-1774
·
Abdul Hamid (Putera Ahmad III) 1774-1788
·
Salim III (Putera Mustafa III) 1789-1807
·
Mustafa IV (Putera Abd. Al-Hamid I) 1807-1808
·
Mahmud II (Putera Abd. Al-Hamid II) 1808-1839
·
Selama
abad ke-18 tanda-tanda kemunduran kerajaan Turki semakin tampak. Sebab-seba
kemunduran itu terdapat dalam kondisi politik. Dampak masa transisi dari
penaklukan ke masa damai dimanfaatkan oleh kekuatan-kekuatan asing, seperti
Austria dan Rusia. Sistem administari tetap sama selama periode ini. Dalam
hampir semua bidang otoritas pemerintah pusat kehilangan pengaruhnya. Pada awal
abad ke-18 hal ini belum begitu tampak. Konstantinopel masih merupakan ibukota
yang cemerlang di mana istana Ahmad III memberikan contoh sebuah kehidupan yang
mewah . pada periode ini pula terjadi perkembangan literatur yang pesat diluar
lingkaran ulama’. Kelas baru sastrawan muncul yang menjadi cikal bakal lahirnya
kelas menengah intelektual yang bermula pada awal abad ke-19. Demikian juga
lahir pelukis-pelukis baru sejak tahun 1727. Kelas baru dari fungsionaris ini
adalah budak-budak sultan. Hanya di bawah Muhammad II posisi mereka diatur
dengan cara yang lebih liberal.dalam situasi pemerintahan itu Janissari dan
Sipahi yang disisplin mereka sekarang mengedor beberapa kali memberontak.
Pemberontaka Janissari yang dipimpin oleh Patrona Khalil pada tahun 1730 yang
menyebabkan hilangnya tahta Ahmad III, tampaknya lebih ditujkan untuk melawan
aristokrasi baru itu. Setelah Ahmad III kehidupan di istana menjadi lebih
tenang. Kelas penguasa dan para sultan mulai menyadari kelemahan kerajaan dan
berusaha mengatasinya dengan cara memperkenalkan pembaharuan militer. Salim III
melaksanakan pembaharuan militer, tetapi sangat sedikit yang mendukungnya.
Intitisi pasukan baru yang menyebabkan pemberonrakan Janissari yang didukung
oleh para ulam’.
Mahmud
II akhirnya mempertimangkan reformasi yang lebih terencana. Ia akhirnya
mengambil kesimpulan bahwa tidak ada jalan lain dalam melaksanakan pembaharuan
selain melakukan pembunuhan massal terhadap Janissari, tindakan itu
benar-baenar terjadi di Konstantinopel pada 16 Juni 1826. Pada saat yang sama
tarekat Bektassyyiyah ditindas. Lemahnya kerajaan pusat telah menjadi karakterr
kerajaan Usmani pada abad ke-18. Aljazair, Tunisia, dan Tripoli diperintah oleh
para Bey secara turun-temurun. Mesir diambil alih oleh Ali Bey. Di Anattholia
pada tahun 1739 ada pemberontakan yang berbahaya dari Syari Beg Oghlu. Di
Mesopotamia dan Iraq kondisinya juga demikian. Di syiria kaum Druze memiliki
amirnya sendiri dan daerah pantai dikuasai oleh Jazzar Pasya dari Akka.
e)
Periode
Kelima
Periode
ini ditandai dengan kebangkitan kultural dan administratif dari negara di bawah
pengaruh ide-ide barat. Sultan-sultanya adalah:
·
Abdul Majid I (Putera Mahmuud II) 1839-1861
·
Abdul Aziz (Putera Mahmud II) 1861-1876
·
Murad V (Putera Abd. Majid I) 1876-1876
·
Abdul Hamid II (Putera Abd. Majid I) 1876-1909
·
Muhammad V (Putera Abd. Majid I) 1909-1918
·
Muhammad IV (Putera Abd. Majid I) 1918-1922
·
Abdul Majid II (1922-1924), hanya
bergelar khalifah, tanpa sultan yang akhirnya diturunkan pula dari jabata khalifah.
Turki Usmani di hapus oleh Kemal Attarurk dan Turki menjadi negara nasiona
Republik Turki.
Pada
periode ini muncul gerakan pembaharuan yang kurang lebih merupak aplikasi dari
Tanzimat. Namun demikian tantangan Barat terus berlanjut sehingga secara
bertahap wilayah Usmani semakin berkurang. Pada tahun 1865 Turki kehilangan
Serbia, dan dua kerajaan kecil di Danube. Pada tahun 1878 Serbia, Montonegro
dan Rumania lepas dari Usmani, sedang Bulgaria menjadi semiindependen. Di
kawasa Caucasia Turki kehilangan Qars dan Batum. Inggris mencaplok Cyprus dan
Mesir. Burgaria merdeka dan Bosnia dan Herzegovina diambil oleh Austria.
Kemudian Tripoli jatuh ketangan Italia.
Selama
abad ke-19 hubungan Turki dengan Persia berjalan baik. Namun, karena
keterlibatan Turki dalam perang Dunia menyebabkan kehilangan beberapa wilayah
di Asia. Konstantinopel sendiri diduduki oleh pasukan sekutu. Kemunduran
politik ini pada akhirnya mengentarkan turunnya sultan Muhammad VI pada tahun
1922 dan kemudian hilangnya kerajaan Usmani Ekspansi Wilayah Dinasti Turki
Usmani
C. Ekspansi Wilayah Dinasti Turki Usmani
- Ke Eropa
Dengan
modal wilayah sempit di Anatolia Tengah ditambah dengan bekas wilayah Saljuk
Rum, Turki Usmani mengembangkan sayapnya ke Eropa. Mula-mula mereka menaklukkan
Asia kecil dahulu kemudian menyeberang ke daratan Eropa. Bursa, yang masih di
daratan Asia yang terletak di tepi lauat Marmara ditundukkan oleh usmani ketika
kekuasaannya masih dini, pada tahun 1324 M. kota itu diserang oleh Usman
bersama dengan anaknya. Orkhan yang memindahkan ibu kota Usmani ke kota
taklukan itu pada tahun 1326. Ketika memerintah Orkhan memperluas wilayahnya.
Murad
I, sebagai pengganti Orkhan dapat menaklukkan Adrianopel yang diganti namanya
dengan Edisne pada tahun 1361 kota itu dijadikan ibu kota Usmani setelah
dipindahkan dari Bursa. Murad dapat menyeberangai sungai Danube dan menaklukkan Macedonia antara tahun 1371 sampai 1387.
Peparangan dapat dimenangkan oleh Usmani dibawah pimpinan sultan Murad. Tetapi
nasib malang menimpa sultan itu ia mati ditangan serdadu Servia (Serbia) yang
berpura-pura mati.
Bayazid
I, sebagai gantu Murad I diangkat menjadi Sultan tahun
1389. Ia berhasil menundukkan wilayah Turkeman di Anatolia Barat dan sisa-sisa
wilayah Anatolia lainnya. Ia dapat menjadikan Bulgaria di bawah control
pemerintahan usmani dan menderak tentara Salib di bawah pimpinan Hongaria.
Tetapi Bayazid kalah perang melawan timur Lank diantara tahun 1402. Ia ditawan
hingga wafat tahun 1403. Penggantinya Muhammad I dapat menundukkan
saudara-saudaranya dan dapat memulihkan kekuasaan
Usmani. Ketika Murad II sebagai pengganti Muahammad I, ia dapat
menaklukkan Salonika tahun 1430.
- Penaklukkan Konstantinopel
Hal
yang perlu pemakalah sampaikan di sini adalah tentang penaklukan konstantinopel,
hal ini dikarenakan penaklukan kota konstantinopel tidak hanya dilakukan oleh
pasukan usmaniyah saja, namun sejak masa dinasti Umayyah, usaha-usaha
penaklukan kota konstantinopel sebagai ibukota bizantium yang dikuasai oleh
Romawi Timur, menjadi prioritas utama, selain atas dasar hadits nabi,
penaklukan ini juga bermotif politik dan agamis, karena di sanalah tempat yang
strategis untuk penyebaran islam selanjutnya, bahkan turki usmani tidak akan
mencapai keemasannya tanpa dimulai dengan penaklukan konstantinopel oleh
Muhammad Al-Fatih, sehingga kemudian turki usmani bisa menguasai wilayah yang
sangat luas semasa sulaiman al-Qanuni.
Usaha
penaklukan konstantinopel bermula masa dinasti Umayyah, usaha penyerangan
pertama pada masa Muawiyah bin Abi sufyan tahun 44 H, namun tidak berhasil,
serangan paling besar pada masa dinasti umayyah dilakukan pada masa Sulaiman
bin Abdul Malik tahun 98 H. pada masa Abbasiyah, berlangsung jihad yang terus
menerus melawan pemerintahan Byzantium, namun serangan belum sampai pada
konstantinopel, walaupun diakui bahwa Harun Ar-Rasyid pada tahun 190 H mampu
menimbulkan gejolak di dalam negeri Byzantium.
Masa
selanjutnya dilakukan oleh dinasti saljuk pimpinan Alib Arselan yang
bmengalahkan Kaisar Rumanos, dan kemudian diadakan perjanjian pembayaran upeti
tahunan pada pemerintah saljuk, ini menunjukkan ketundukan sebagian Byzantium
pada islam saat itu. Setelah saljuk melemah, muncul dinasti-dinasti saljuk
kecil, seperti saljuk-romawi yang mampu melemahkan kekaisaran romawi.
Pada
masa turki usmani, usaha penaklukan Byzantium untuk pertama kalinya dilakukan
oleh sultan Bayazid “sang kilat”, yang dengan kekuatan militernya yang kua
berhasil mengepung konstatinopel tahun 1393 M. awalnya sultan melakukan
perjanjian damai pada penguasa konstantinopel untuk menyerahkan konstantinopel
dengan damai tanpa pertumpahan darah. Namun kaisar romawi mengulur-ulur waktu
dan mencari-cari cara untuk melawan kepungannya. Dia kemudian meminta bantuan
Negara-negara Eropa. Sebenarnya saat itu konstantinopel sudah melemah, namun
pada saat yang bersamaan, muncullah rival turki usmani, yaitu kerajaan Mongolia
di bawah pimpinan Timurlenk, yang menyerbu wilayah-wilayah turki usmani.
Terpaksa pasukan ditari untuk menghadapi pasukan mongol, yang kemudian terkenal
dengan perang Ankara, dimana pihak bayazid kalah.
Usaha
kedua masa turki usmani dilaksanakan oleh Murad II, usaha dilakukan dengan
serangan bertubi-tubi ke konstantinopel sebagai pusat bizantium. Namun siasat
kaisar romawi lebih unggul, dia berhasil meminimalisirnya dengan memberikan
bantuan-bantuan financial bagi pemberontak yang ingin melepaskan diri dari
kekuasaan turki usmani. Sehingga konsentrasi pasukan terpecah menjadi dua, dan
konstantinopel tidak berhasil dikuasai.
Masa
penaklukan konstantinopel oleh Muhammad Al-Fatih. Atas ajaran dari ustadnya
Syaikh Aaq Syamsuddin, yang senantiasa memberikan dasar-dasar islam yang kuat,
juga ajaran penyebaran dakwah islam, disamping karena dia teah mengikuti
peperangan dengan romawi bersama ayahnya Murad II. Dia kemudian menyusun
strategi yang benar-benar kuat. Strategi pertamanya adalah mengamankan wilayah
kekuasaannya dengan mengadakan konsolidasi-konsolidasi. Setelah erasa situasi
dalam negeri kekuasaannya aman, dia mulai merancang taktik penyerangan ke
konstantinopel. Dia melatih 250.000 mujahid siap tempur, jumlah yang sangat
banyak dibandingkan jumlah pasukan islam lain semasanya, dengan menanamkan
semangat jihad di jalan Allah, dia juga selalu mengingatkan mereka tentang
peujian Rasulullah bagi mereka yang mampu membuka konstantinopel. Adapun hadits
nabi tersebut berbunyi:
لتفتحنّ القسطنطية على يد رجل
فلنعم الأمير أميرها ولنعم الجيش ذلك الجيش
“Konstantinopel akan bisa
ditaklukkan di tangan seorang laki-laki, maka orang yang memerintah di sana
adalah sebaik-baik penguasa dan tentaranya adalah sebaik-baik tentara”.
Hadis
himmah (cita-cita) nabi tersebut mampu menciptakan semangat jihad yang kuat
bagi pasukan usmani. Semangat moril itu diperkuat dengan infrastruktur angkatan
perang yang mutakhir dan strategi yang canggih. Dimana sultan Muhammad
membangun benteng Romali hishar di selatan eropa di selat borphorus sebagai
titik strategis untuk melancarkan serangan dan mensuplai peperangan. Tidak hanya itu, sultan Muhammad juga
membangun sebuah meriam berbobot ratusan ton untuk menghancurkan benteng
konstantinopel. Selain itu angkatan laut juga dipersiapkan dengan membangun 400
kapal, karena kota konstantinopel berdekatan dengan laut.
Saat
pengepungan dilaksanakan, kaisar romawi telah meminta bantuan kepada
Negara-negara Kristen eropa, namun ada beberapa masalah internal Kristen pada
saat itu sehingga bantuan kurang maksimal. Konflik yang dimaskudkan adalah
bahwasannya Kristen di konstantinopel beraliran orthodox sedangkan Kristen di
kekaisaran Byzantium beraliran katolik. Hal ini juga lah yang menjadikan
kelemahan tersendiri bagi mereka sehingga, konstantinopel bisa ditaklukkan,
dengan strategi yang luar biasa, perpaduan taktik dan strategi angkatan darat
dan angkatan laut, dimana angkatan laut menyerang dari belakang benteng
sehingga pasukan penjaga benteng konstantinopel terbagi menjadi mudah, sehingga
armada darat bisa lebih mudah menghancurkan benteng kota konstantinopel.
Lima
faktor yang menyebabkan kesuiksesan Dinasti Usmani dalam perluasan wilayah
Islam, diantaranya:
Kemampuan
orang-orang Turki dalam strategi perang terkombinasi dengan cita-cita
memperoleh ghonimah (harta rampasan perang).
sifat
dan karakter orang Turi yang selalu ingin m,aju da tidak pernah diam serta gaya
hidupnya yang sederhana, sehingga memudahkan untuk tujuan penyerangan.
Semangat
jihad dan ingin mengembangkan Islam.
Letak
Istanbul yang sangat strategis sebagai ibu kota kerajaan jugasangat menunjang
kesuksesan perluasan wilayah ke Eropa dan Asia.
Kondisi
kerajaan-kerajaan di sekitarnya yang kacau memudahkan Dinasti Usmani
menglahkannya
D.
Masa
Kejayaan Dinasti Turki Usmani
1.
Bidang
Kemiliteran
Para
pemimpin kerajaan Turki Usmani adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan
dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Namun, kerajaan Turki Usmani
mencapai masa keemasannya bukan semata-mata karena keunggulan politik para
pemimpinnya. Akan tetapi yang terpenting diantaranya adalah keberanian,
ketrampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanngup bertempur kapan
saja dan dimana saja. Orkhan pemimpin Turki Usmani yang pertama kali
mengorganisasi kekuatan militer dengan baik serta taktik dan strategi tempur
yang teratur. Pada periode ini tentara Islam pertama kali masuk ke Eropa.
Orkhan berhasil mereformasi dan membentuk tiga pasukan utama tentara. Pertama,
tentara Sipahi (tentara reguler) yang mendapatkan gaji tiap bulannya. Kedua,
tentara Hazeb (tentara ireguler) yang di gaji pada saat mendapatkan harta
rampasan perang (Mal al-Ghanimah). Ketiga, tentara Jenissary atau Inkisyariyah
(tentara yang direkrut pada saat berumur 12 tahun, kebanyakan adalah anak-anak
Kristen yang dibimbing Islam dengan disiplin yang kuat). Pasukan inilah yang
dapat mengubah negara Turki Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan
memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negeri-negeri non muslim.
Orkhan
juga membenahi angkatan laut karena ia mempunyai peranan yang besar dalam
perjalanan ekspansi Turki Usmani. Pada abad ke-16, angkatan laut Turki Usmani
mencapai puncak kejayaan, karena dengan cepat dapat menguasai wilayah yang amat
luas baik di Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang mendorong kemajuan
di bidang kemiliteran ini adalah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat
militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan. Yang mana tabiat ini
merupakan tabiat yang mereka warisi dari nenek moyangnya di Asia Tengah.
2.
Bidang
Pemerintahan
Suksesnya
Ekspansi Turki Usmani selain karena ketangguhan tentaranya juga dibarengi pula
dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah
yang luas para raja-raja Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Dalam
struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi. Dibantu oleh shadr
al-a’zham (perdana menteri) yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur
mengepalai daerah tingkat I dan di bawahnya terdapat beberapa orang al-Zanaziq
atau ‘Alawiyah (bupati).
Contohnya,
ketika Turki Usmani dipimpin oleh Murad II. Beliau adalah seorang penguasa yang
saleh dan dicintai rakyatnya, ia juga seorang yang sabar, cerdas, berjiwa
besar, dan ahli ketatanegaraan. Bahkan Murad II banyak mendapat pujian dari
sejarawan barat. Selain itu, di masa pemerintahan Sultan Sulaiman I untuk
mengatur urusan pemerintahan negara disusun sebuah kitab undang-undang (Qanun)
yang diberi nama Multaqa al-Abhur yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan
Turki Usmani.
3.
Bidang
Ilmu Pengetahuan
Turki
Usmani merupakan bangsa yang berdarah militer, sehingga lebih banyak
memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran. Sementara dalam bidang
ilmu pengetahuan tidaklah begitu menonjol. Karena itulah dalam khazanah
intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuwan terkemuka dari Turki Usmani.
Namun
demikian, mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam
berupa bangunan-bangunan masjid yang indah. Seperti masjid Al-Muhammadi atau
masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, masjid Agung Sulaiman, dan masjid Abi
Ayyub Al-Anshari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang
indah. Ada salah satu masjid yang terkenal keindahan kaligrafinya adalah masjid
yang asalnya Gereja Aya Sopia. Yang mana hiasan kaligrafi itu dijadikan penutup
gambar Kristiani yang ada sebelumnya. Selain itu, pada masa sultan Sulaiman I
di kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak di bangun masjid, sekolah,
rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum.
4.
Bidang
Budaya
Pengaruh
dari ekspansi wilayah Turki Usmani yang sangat luas, sehingga kebudayaannya
merupakan perpaduan macam-macam kebudayaan. Diantaranya adalah kebudayaan
Persia, Bizantium, dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil
ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Dari
Bizantium, organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap. Sedangkan
dari Arab, mereka banyak menyerap ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip
ekonomi, sosial kemasyarakatan, keilmuan, dan bahasa/huruf. Orang-orang Turki
Usmani memang terkenal sebagai bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan
bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar.
5.
Bidang
Keagamaan
Agama
dalam tradisi masyarakat Turki Usmani mempunyai peranan besar dalam bidang
sosial dan politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama, dan
kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi
hukum yang berlaku. Pada masa pemerintahan Sulaiman al-Qanuni rakyat muslim
diwajibkan harus sholat lima kali dan berpuasa di bulan Ramadhan. Jika ada yang
melanggar tidak hanya dikenai denda namun juga sanksi badan. Sehingga sultan
Sulaiman al-Qanuni bukan hanya sultan yang paling terkenal di kalangan Turki
Usmani, akan tetapi pada awal abad ke 16 beliau adalah kepala negara yang
paling terkenal di dunia. Beliau seorang penguasa yang shaleh, dan juga
berhasil menerjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa Turki. Bahkan pada saat Eropa
terjadi pertentangan antara Katolik, mereka diberi kebebasan dalam memilih
agama dan diberikan tempat di Turki Usmani. Bahkan Lord Cerssay mengatakan,
bahwa pada zaman dimana dikenal ketidakadilan dan kedzaliman Katolik Roma dan
Protestan, maka Sultan Sulaiman yang paling adil dengan rakyatnya meskipun ada
yang tidak beragama Islam.
Di
kerajaan Turki Usmani, tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling
terkenal ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Kedua tarekat banyak
dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh
yang sangat dominan di kalangan Jenissary, sehingga mereka sering disebut dengan
tentara Bektasyi. Sementara tentara Maulawi mendapat dukungan dari para
penguasa dalam mengimbangi Jenissary Bektasyi. Di
lain pihak, kajian-kajian ilmu keagamaan seperti: Fiqh, ilmu kalam, Tafsir, dan
Hadist boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa
lebih cenderung untuk menegakkan satu paham (Madzab) keagamaan dan menekan
Madzab lainnya. Contoh Sultan Abd Al-Hamid II begitu fanatik terhadap aliran
Ash-‘Ariyah. Akibat kelesuan di bidang ilmu keagamaan dan fanatik yang berlebihan,
maka ijtihad tidak berkembang
E.
Keruntuhan
Dinasti Turki Usmani
Kerajaan
Turki Usmani mulai melemah semejak meninggalnya Sulaeman Al Qanuni. Pengganti
Sulaeman I, Sultan Salim II merupakan pemimpin yang lemah dan pada umumnya
tidak berwibawa. Sehingga kenaikan Sultan Salim II (1566-1574) dianggap sebagai
permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhirnya zaman keemasannya.
Selain
itu para pembesar kerajaan hidup dalam kemewahan sehingga sering terjadi
penyimpangan keuangan Negara. Sekalipun demikian serangan Eropa masih terus
berlangsung terutama penaklukkan terhadap kota Wina di Australia. Usaha
penaklukkan ini ternyata juga tidak berhasil.
Melemahnnya
semangat perjuangan prajurit utsmani menyebabkan sejumlah kekalahan dalam
pertempuran menghadapi musuh-musuhnya. Pada tahun 1663, tentara utsmani
menderita kekalahan dari serangan pasukan gabungan armada Spanyol, bandulia,
dan armada sri paus. Tahun 1676, Pasukan Usmani juga mengalami kekalahan dalam
pertempuran di Hungaria. Pada tahun 1699 Turki kalah dalam pertempuran di
Mohakez sehingga terpaksa menandatangani perjanjian karlowits yang berisi
pernyataan kerajaan Usmani harus menyerahkan seluruh wilayah Hungaria, sebagian
besar Slovenia dan Croasia kepada penguasa Venetia.
Pada
1770 M pasukan Rusia mengalahkan pasukan Usmani di Asia kecil. Sehingga pada
tahun 1774, penguasa Utsmani, Abdul Hamid menandatangani perjanjian dengan
Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan Crimenia dan penyerahan benteng-benteng
pertahanan di laut hitam serta memberikan izin kepada Rusia untuk melintasi
selat antara laut hitam dengan laut putih.
Periode
keruntuhan kerajaan Turki Usamani termanifestasi dalam dua priode yang berbeda
pula, yaitu: pertama, priode desentralisasi yang dimulai pada awal pemeritahan
Sultan Salim II (1566-1574) hingga tahun 1683 ketika angkatan bersenjata Turki,
Usmani gagak dalam merebut kota Fiena untuk kedua kalinya. Kedua, priode
dekompresi yang terjadi dengan munculnya anarki internal yang dipadukan dengan
lepasnya wilayah taklukan satu per satu.
Pada
abad ke 16 kelompok derfisme telah menjadi kelompok yang solid dan mendominasi
kekuatan politik bahkan menggeser posisi para aristoerat Turki tua. Namun pada
perkembangan selanjutnya terjadi konflik intern yang menyebabkan mereka
berkotak-kotak dan terjebak dalam politik praktis. Mereka mengkondisikan Sultan
agar lebih suka tinggal menghabiskan waktunya di Istana Keputren ketimbang
urusan pemerintahan, agar tidak terlibat langsung dalam intrik-intrik politik
yang mereka rancang.
Dengan
mengeploitasi posisinya di mata penguasa terhadap rakyat, mereka memanipulasi
pajak dengan kewajiban tambahan kepada petani, akibatnya banyak penduduk yang
berusaha untuk masuk ke dalam korp Jannisari. Hal ini mengakibatkan
membengkaknya jumlah keanggotaan Jannisari yang hingga pertengahan abad ketujuh
belas mencapai jumlah 200.000 orang.
Faktor-Faktor
penyebab hancurnya Turki Usmani. Untuk menentukan faktor penyebab utama
kehancuran kerajaan Turki usmani merupakan persoalan yang tidak mudah. Alam
sejarah lima abad akhir. Abad ke tiga belas sampai abad ke Sembilan belas,
Kerajaan Turki Usmani merupakan sebuah proses sejarah panjang yang tidak
terjadi secara tiba-tiba.
Mengamati
sejarah keruntuhan Kerajaan Turki Usmani, dalam bukunya Syafiq A. Mughani
melihat tiga hal kehancuran Turki Usmani, yaitu melemahnya sistem birokrasi dan
kekuatan militer Turki Usmani,
kehancuran perekonomian kerajaan dan munculnya kekuatan baru di daratan Eropa
serta serangan balik terhadap Turki Usmani.
1.
Kelemahan
para Sultan dan sistem birokrasi
Ketergantungan
sistem birokrasi sultan Usmani kepada kemampuan seorang sultan dalam
mengendalikan pemerintahan menjadikan institusi politik ini menjadi rentang
terhadap kejatuhan kerajaan. Seorang sultan yang cukup lemah cukup membuat
peluang bagi degradasi politik di kerajaan Turki Usmani. Ketika terjadi
benturan kepentingan di kalangan elit politik maka dengan mudah mereka
berkotak-kotak dan terjebak dalam sebuah perjuangan politik yang tidak berarti.
Masing-masing kelompok membuat kualisi dengan janji kemakmuran, Sultan
dikondisikan dengan lebih suka menghabiskan waktunya di istana dibanding urusan
pemerintahan agar tidak terlibat langsung dalam intrik-intrik politik yang
mereka rancang. Pelimpahan wewenan kekuasaan pada perdan menteri untuk mengendalikan
roda pemerintahan.
Praktik
money politik di kalangan elit, pertukaran penjagaan wilayah perbatasan dari
pasukan kefelerike tangan pasukan inpantri serta meluasnya beberapa
pemberontakan oleh korp Jarrisari, untuk menggulingkan kekuasaan merupakan ketidak
berdayaan sultan dan kelemahan sistem birokrasi yang mewarnai perjalanan
kerajaan Turki Usmani.
2.
Kemerosotan
kondisi sosial ekonomi
Perubahan
mendasar terjadi terjadi pada jumlah penduduk kerajaan sebagaimana terjadi pada
struktur ekonomi dan keuangan. Kerajaan akhirnya menghadapi problem internal
sebagai dampak pertumbuhan perdagangan dsn ekonomi internasional. Kemampuan
kerajaan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mulai melemah, pada saat bangsa
Eropa telah mengembangkan struktur kekuatan ekonomi dan keuangan bagi
kepentingan mereka sendiri. Perubahan politik dan kependudukan saling
bersinggungan dengan perubahan penting di bidang ekonomi. Desentralisasi
kekuasaan dan munculnya pengaruh pejabat daerah memberikan konstribusi bagi
runtuhnya ekonomi tradisional kerajaan
Turki Usmani.
3.
Munculnya
kekuatan Eropa
Munculnya
politik baru di daratan Eropa dapat dianaggap secara umum faktor yang
mempercepat proses keruntuhan kerajaan Turki Usmani. Konfrontasi langsung pada
dengan kekuatan Eropa berawal pada abad ke XFI, ketika masing-masing kekuatan
ekonomi berusaha mengatur tata ekonomi dunia. Ketika kerajaan Usmani sibuk
membenahi Negara dan masyarakat, bangsa Eropa malah menggalang militer, Ekonomi
dan tekhnologi dan mengambil mamfaat dari kelemahan kerajaan Turki Usmani.
4.
Pemberontakan-pemberontakan
internal.
Pemberontakan-pemberontakan
terjadi dimana-mana, mulai dari Makkah, Wahabiyah, Druze dan pemberontakan di
Wilayah pusat kekuasaan telah memperlemah kekuatan militer dan politik.
Faktor-faktor
keruntuhan Kerajaan Turki Usmanin dapat dikategorikan menjadi dua bagian,
yaitu: secara internal dan eksternal ;
secara
internal, yaitu:
·
Luasnya wilayah kekuasaan dan buruknya
sistem pemerintahan yang ditangani oleh orang-orang berikutnya yang tidak
cakap, hilangnya keadilan, merajalelalanya korupsi dan meningkatnya
kriminalitas, merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keruntuhan
kerajaan Usmani.
·
Heterogenitas penduduk menyebabkan
kurangnya rasa persatuan, terlebih Usmani merupakan kerajaan yang coraknya
militer. Padahal militerisme diakui sangat sulit untuk membentuk suatu
persatuan.
·
Kehidupan yang istimewa dan bermegahan.
Sangat disayangkan pula bila kehidupan istana jauh dari nilai-nilai keislaman,
justru sikap bermegah-megahan dan istimewa serta memboroskan uang terjadi pula
di kerajaan turki Usmani.
·
Merosotnya perekonomian Negara akibat
pemborosan harta dan peperangan Turki mengalami kekalahan terus menerus.
Secara
eksternal, yaitu:
·
Timbulnya gerakan nasionalisme.
Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan Turki berkuasa, mulai menyadari
kelemahan dinasti tersebut, Maka walaupun kerajaan Usmani memperlakukan mereka
sebaik mungkin, namun dalam benak mereka tetap saja bila Usmani adalah penjajah
yang datang menyerbu dan menguasai wilayah mereka. Dimulailah usaha untuk
melepaskan diri dari pemerintahan Usmani. Di Mesir misalnya, Yenisari justru
bekerjasama dengan Dinasti Mamalik dan akhirnya berhasil merebut kembali
wilayah Mesir pada 1772 M hingga kedatangan Napoleon pada 1789 M. Lalu ada
gerakan Wahabisme di tanah Arab yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab
yang bekerjasama dengan keluarga Saud, dan akhirnya berhasil memukul mundur
kekuasaan Turki dengan bantuan tentara Inggris dari jazirah Arab. Keluarga Saud
sendiri memproklamirkan dirinya sebagai penguasa Arab, maka wilayah jazirah
Arab selanjutnya dinamakan Saudi Arabia.
·
Terjadinya kemajuan tekhnologi Barat,
khususnya dalam bidang persenjataan. Dimana sistem kemiliteran bangsa barat
selangkah lebih maju dibandingkan dengan kerajaan Turki Usmani. Oleh karena itu
saat terjadi kontak senjata maupun peperangan yang terjadi belakangan, tentara
Turki selalu mengalami kekalahan. Terlebih Turki Usmani sangat tidak mendorong
berkembangnya ilmu pengetahuan, Turki mengalami stagnasi Ilmu pengetahuan. Maka
otomatis peralatan perangnya pun semakin ketinggalan jaman.
·
Pengaruh kehidupan barat yang masuk ke
istana. Penyimpangan orientasi mereka ini membuat terlena dengan keluasan
wilayah sehingga membuat mereka meninggalkan perkembangan pendidikan mereka.
Berbeda dengan bangsa Eropa yang telah mengugguli mereka, kemunduran kerajaan
turki utsmani ini terlihat dari bagian bagian wilayah yang dikuasai oleh turki
utsmani ini mulai tergerak ingin merubah hidupnya menjadi yang lebih baik dan
muncul paham kapitalisme individual sehingga sebagian mereka ingin melepaskan
diri. Tampaknya pengaruh barat mulai mendapatkan hasil dengan kelemahan
kerajaan turki ini, dan terlahir paham-paham yang ingin membebaskan, sehingga
paham turki sendiri tidak dapat menghalangi mereka.
Perang
dunia pertama melengkapi proses kehancuran kerajaan Turki Usmani, pada bulan
Desember 1914, Turki Usmani melibatkan diri dalam perang dunia dan berada di
pihak Jerman dan Austria. Bantuan militer dan ekonomi Jerman, kekuatan terhadap
kekuatan Rusia serta keinginan-keinginan untuk menyelamatkan kendali Turki
Usmani menjadi alasan keterlibatan Turki dalam peristiwa tersebut. Pada tahun
1918, aliansi bangsa-bangsa Eropa mengalahkan aliansi militer Jerman, Turki dan
Austria. Memasuki tahun 1920, kerajaanTurki Usmani kehilangan keseluruhan
provinsi yang ada di semenanjung Baalka. Mesir kemudian menjadi Negara
protektorat Inggris dan secara total bebas dari kekuasaan kerajaan Turki
Usmani. Akhirnya pada 1924, Kemal Attaturk memaksa Sultan Hamid II untuk
menyerahkan kekuasaan Turki Usmani setelah kemal melakukan gerakan pembaharuan
melalui Turki Muda-nya, dan penyerahan kekuasaan ini menjadikan Turki Usmani
telah berakhir riwayatnya dan kemudian digantikan oleh Republik Turki yang
sekuler.
Kehancuran
Kerajaan Turki Usmani ini, membuat bangsa-bangsa Eropa semakin mudah menguasai
dan menjajah wilayah-wilayah ynag dulu diduduki oleh Usmani yang mayoritas
muslim. Maka sejak itulah umat islam berada dalam situasi dijajah oleh bangsa
non muslim.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kerajaan Turki Usmani
didirikan oleh suku bangsa pengembara yang berasal dari wilayah Asia Tengah,
yang termasuk suku kayi. Ketika bangsa Mongol menyerang dunia Islam, pemimpin
suku Kayi, Sulaiman Syah, mengajar anggota sukunya untuk menghindari serbuan
bangsa Mongol tersebut dari lari ke arah barat.
Dengan
modal wilayah sempit di Anatolia Tengah ditambah dengan bekas wilayah Saljuk
Rum, Turki Usmani mengembangkan sayapnya ke Eropa. Mula-mula mereka menaklukkan
Asia kecil dahulu kemudian menyeberang ke daratan Eropa.
Ibu
kota Byzantium itu akhirnya dapat ditaklukkan oleh pasukan Islam di bawah Turki
Usmani pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II. Yang bergelar Al-Fatih si
Penakluk.
Banyak
sekali factor yang turut menyokong kemunduran Turki diantaranya: (1) Luasnya
wilayah kekuasaan Usmani tampaknya penguasa Turki hanya menuruti ambisi
penakluk, sementara perataan system dan tata pemerintahan terabaikan; (2)
Pemberontakan yennisari; (3)Penguasa yang tidak cakap; (4) Merosotnya
perekonomian Negara akibat sejumlah peperangan, dimana sebagian peperangan
tersebut pihak Turki mengalami kekalahan. Terlepasnya wilayah-wilayah kekuasaan
Usmani juga menimbulkan kemerosotan pendapatan Negara; (5) Stakrasi bidang ilmu
dan teknologi; (6) Tumbuhnya gerakan nasionalisme.
DAFTAR PUSTAKA
http://initialdastroboy.wordpress.com/2010/04/15/kemunduran-tiga-kerajaan-besar-utsmani-safawi-dan-mughal/
http://kritistransformatif.blogspot.com/2011/01/turki-usmani.html
http://orgawam.wordpress.com/2008/11/28/turki-utsmani-kekhalifahan-berakhir-abad-kemarin/
http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/kerajaan-turki-usmani.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar