Rabu, 03 Februari 2016

Makalah Tentang Dinasti Turki Usmani

KATA PENGANTAR

Segala Puji hanya milik Allah yang menguasai segala urusan di bumi, di langit, dan seisinya. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan ke hadirat Nabi Muhammad, keluarganya, khalifah sesudahnya, dan seluruh umatnya.
Islam adalah agama yang komprehensif, ia tidak hanya mengatur cara manusia menyembah Tuhannya, tetapi juga mengatur segala sendi kehidupan. Mulia dari tata cara hidup bermasyarakat, menunutut ilmu, bahkan juga mengatur tata negaraan.
Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk mengerjakan tugas Sejarah Islam mengenai Peradaban Islam pada masa Dinasti Turki Usmani. Agar dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik dan benar.
Mohon maaf apabila dalam makalah ini masih banyak tulisan yang salah dan banyak kata-kata yang tidak baku. Semoga pembaca dapat menikmati makalah yang kami tulis ini dan semoga materi ini berguna. Terima kasih.



Bandung, 26 November 2015


Penulis            
   


DAFTAR  ISI

KATA PENGANTAR…………………….………………………………………………..
DAPTAR ISI  ………………..………………………………………………………….........
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG            ………………………………………………………
B. IDENTIFIKASI MASALAH …………………………………………………..…..…
C. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………...
BAB II LANDASAN TEORI
A. ASAL MULA DINASTI TURKI USMANI ……………………………………..…..
B. KHALIFAH TERBESAR DARI DINASTI TURKI USMANI….…………..…....
C. EKFANSI WILAYAH DINASTI TURKI USMANI           …………………………
D. MASA KEJAYAAN DINASTI TURKI USMANI………………………………..
E. KERUNTUHAN DINASTI TURKI USMANI…………………………………….....
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN………………………………………………….…………………….…….
DAPTAR PUTAKA  ………………………………………………………….…………....

  
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Segala kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari yang namanya sejarah. Sejarah merupakan segala peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang telah terjadi yang dapat memberikan segala manfaat bagi kehidupan manusia baik itu menjadi sumber inspirasi, edukatif, maupun sebagai sumber rekreatif bagi setiap manusia. Khususnya sejarah mengenai peradaban Islam.
Sejarah mengenai peradaban Islam ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi para umat Islam di dunia. Di mana melalui sejarah peradaban Islam terdapat berbagai cerita atau kronologi mengenai peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan agama Islam baik itu pada zaman Rasulullah, pada masa Khulafaurrasyidin, atau setelah para sahabat meninggal dunia.
Salah satu yang dikaji dalam sejarah peradaban Islam ialah mengenai kerajaan-kerajaan yang berdiri sepeninggalan Rasulullah dan para sahabatnya, diantara kerajaan-kerajaan tersebut adalah kerajaan Turki Usmani yang berdiri selama kurang lebih 7 abad lamanya. Kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh banyak khalifah karena kerajaan ini berdiri dalam waktu yang lama. Banyak peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kerajaan Turki Usmani, baik itu mengenai konflik intern, ekstern, mengenai kejayaan-kejayaan yang diperoleh, para pemimpinnya, faktor penyebab kemundurannya dan sebagainya. Sehingga perlu mempelajari mengenai Kerajaan Turki Usmani.
Hal inilah yang melatarbelakangi penyusunan makalah ini untuk mengkaji lebih dalam mengenai kerajaan Turki Usmani, baik itu mengenai latar belakang kemunculannya, para pemimpinnya, kejayaan yang diperoleh serta faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhannya.




B.     Identifikasi Masalah
A. Asal Mula Dinasti Turki Usmani
B. Khalifah Terbesar dari Dinasti Turki Usmani
C. Ekspansi Wilayah Dinasti Turki Usmani
D. Masa Kejayaan Dinasti Turki Usmani
E. Keruntuhan Dinasti Turki Usmani

C.    Rumusan Masalah
A. Bagaimana asal Mula Dinasti Turki Usmani ?
B. Siapan Khalifah Terbesar dari Dinasti Turki Usmani ?
C. Bagaimana Ekspansi Wilayah Dinasti Turki Usmani ?
D. Masa Kejayaan Dinasti Turki Usmani ?
E. Faktor Keruntuhan Dinasti Turki Usmani ?



BAB II
LANDASAN TEORI
Dinasti turki usmani

A.    Asal Mula Dinasti Turki Usmani
Kerajaan Turki Usmani didirikan oleh suku bangsa pengembara yang berasal dari wilayah Asia Tengah, yang termasuk suku Kayi. Ketika bangsa Mongol menyerang umat Islam, pemimpin suku kayi, Sulaiman Syah, mengajak anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol tersbut dan lari ke arah barat. Bangsa Mongol itu mulai menyerang dan menaklukan wilayah Islam yang berada di bawah kekuasaan dinasti Khwarazm Syah tahun 1219-1220 M. Sulaiman Syah meminta perlindungan kepada Jalal Ad-Din, pemimpin terakhir dinasti Khwarazm Syah tersebut di Transoksania, sebelum dikalahkan oleh pasukan Mongol. Jalal ad-Din memberi jalan agar Sulaiman pergi ke Barat ke arah Asia kecil, dan di sanalah mereke menetap. Sulaiman ingin pindah lagi ke wilayah Syam setelah ancaman Mongol reda. Dalam usahanya pindah ke negri Syam tersebut, pemimpin orang-orang Turki tersebut hanyut di suangi Euphrat yang tiba-tiba pasang karena banjir besar, tahun 1228.
Mereka akhirnya terbagi menjadi 2 kelompok, yang pertama ingin pulang ke negeri asalnya, dan yang kedua meneruskan perantauannya ke wilayah Asia Kecil. Kelompok kedua itu berjumlah sekitar 400 keluarga dipimpin oleh Erthogrol (Arthogrol), anak Sulaiman. Mereka akhirnya menghambkan dirinya kepada Sultan Ala ad-Din II dari Turki Saljuq Rum yang pemerintahannya berpusat di Konya, Anatolia, Asia Kecil.
Di sana di bawah pimpinan Ertoghrul mereka mengabdikan diri kepada Sultan Seljuk yang sedang berperang melawan Bizanthium. Pada waktu itu bangsa Saljuq yang serumpun dan seagama dengan orang-orang Turki imigran tadi melihat bahaya bangsa Romawi yang mempunyai kekeuasaan kemaharajaan Romawi Timur (Bizantium). Dengan adanya tambahan pasukan baru dari saudara sebangsanya itu pasukan Saljuq menang atas Romawi. Sultan gembira dengan kemenangan tersebut dan memberi hadiah kepada Erthogrol wilayah yang berbatasan dengan Bizantum. Dengan senang hati Erthogrol membangun tanah perdikan itu dan berusaha memperluas wilayahnya dengan merebut dan merongrong wilayah Bizantium. Mereka menjadikan Sogud sebagai pusat kekuasaannya. Diansti Saljuk Rum sendiri sedang surut pada saat itu. Dinasti tersebut telah berkuasa di Anatholia bagian tengah kurang lebih dua ratus tahun lamanya, sejak tahun 1077 hingga tahun 1300.
Erthogrol mempunyai seorang putra yang bernama Usman yang diperkirakan lahir tahun 1258. Nama Ustman itulah yang diambil sebagai nama untuk kerajaan Turki Usmani. Erthogrol meninggal tahun 1280. Usman ditunjuk untuk menggantikan kedudukan ayahnya sebagai pemimpin suku bangsa Turki atas persetujuan Sultan Saljuq, yang merasa gembira karena pemimpin baru itu dapat meneruskan kepemimpinan pendahulunya. Sultan banyak memberikan hak istimewa kepada Usman dan mengangkatnya menjadi gubernur dengan gelar bey di belakang namanya. Usman juga diperbolehkan untuk mencetak uang sendiri dan didoakan dalam khutbah jum’at. Namun demikian, sebagian ahli menyebutkan bahwa Usman adalah anak Sauji. Sauji itulah anak Erthogrol, sehingga Usman adalah cucunya, bukan anaknya. Sauji telah meniggal sebelum ayahnya meninggal. Ia meninggal dalam perjalanan pulang sehabis memohon kepada Sultan Saljuq atas perintah ayahnya Erthogrol untuk tinggal menetap di wilayahnya. Permohonan itu dikabulkan oleh Sultan makanya Erthogrol ketika menerima berita ini sedih bercampur gembira. Sedih karena anaknya meninggal dan gembira karena permohonannya untuk menettap di wilayah Saljuq itu dikabulkan oleh Sultan.
Ketika Erthogrol meninggal dunia tahun 1289 M, kepemimpinan dilanjutkan oleh Usman. Usman inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizanthium yang berdekatan dengamn kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Seljuq Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Usmanpun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah kerajaan Usman dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering disebut juga Usman I.

B.     Khalifah Terbesar dari Dinasti Turki Usmani
Raja-raja Turki Usmani bergelar Sultan dan Khalifah sekaligus. Sultan menguasai kekuasaan duniawi dan khalifah berkuasa di bidang agama atau spiritual. Mereka mendapatkan kekuasaan secara turun-temurun, tetapi tidak harus putra pertama yang menjadi pengganti sultan terdahulu. Ada kalanya putra kedua atau putra ketiga dan menggantikan sultan. Dalam perkembangan selanjutnya pergantian kekuasaan itu juga diserahkan kepada saudara sultan bukan kepada anaknya. Dengan sistem pergantian kekuasaan yang demikian itu sering timbul perebutan kekuasaan yang tidak jarang menjadi ajang pertempuran antara satu pangeran dengan pangeran yang lalinnya, yang mengakibatkan lemahnya kekuasaa Usmaniyyah. sejak zaman Usman hingga Sulaiman yang agung dapat dikatakan bahwa para sultannya terdiri dari orang-orang yang kuat, dapat mengembangkan kerajaannya hingga ke Eropa dan ke Amerika.
Di masa Sulaiman yang bergelar juga al-Qanuni itulah Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya. Setelah masa itu para sultannya dalam keadaan lemah, ditambah lagi dengan banyaknya serangan balik dari negeri-negeri Eropa yang sudah merasa kuat. Akhirnya para penguasa Usman tidak dapat lagi mempertahankan kerajaanya yang luas itu dan hilanglah kekuasaannya tahun 1924 ketika Mustafa Kemal Attaturk menghapuskan khalifah untuk selama-lamanya di bumi Turki dan bergantilah negeri itu menjadi Republik hingga kini. Dalam sekian lama kekuasaannya sekitar 165 tahun berkuasa tidak kurang dari tiga puluh delapan sultan, yang sejarah kekuasaan mereka bisa di bagi menjadi lima periode.
a)      Periode pertama
Periode ini dimulai dari berdirinya kerajaan, ekspansi pertama sampai kehancuran sementara oleh serangan Timur. Sultan-sultannya adalah sebagai berikut:
·         Usman I                                                                         1299-1326
·         Orkhan (putera Usman I)                                              1326-1359
·         Murad (putera Orkhan)                                                 1359-1389
·         Bayazid I Yildirim (Putera Murad)                               1389-1402


Sebagaimana telah disebutkan di atas, Usman mendapatkan kekuasaannya setelah meningglanya Sultan Saljuq Rum, Ala ad-Din II. Kerajaannya diperkuat dengan menambah wilayah-wilayah yang dirampasnya dari Bizanthium. Untuk negeri-negeri yang belum ditaklukan di wilayah Asia Kecil, Usman mengirim surat kepada mereka untuk memilih dari tiga piliha, yakni tunduk dan memeluk agama islam, membayar jizyah, atau diperangi. Banyak dari mereka yang tunduk dan memeluk agama islam, sebagian yang lain mau membayar jizyah, tetapi ada pula yang menentang dan bersekutu dengan tentara Tartar untuk melawannya. Usman pun tidak gentar menghadapinya, disiapkan pasukan pilihan untuk melawan sekutu Tartar yang akhirnya dapat dikalahkannya. Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Usman  (raja besar keluarga Usman) tahun 699 H setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Dia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.
Pada masa pemerintahan Orkhan 1326 M kerajaan Turki Usmani dapat meenaklukan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Galli poli (1356 M). Daerah ini adalah bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki kerajaan Usmani.
Ketika Murad I berkuasa (1359-1389 M) selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Ia dapat menaklukkan Adrionopel, Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh wilayah bagian Utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah bessar pasukan Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman , raaja Honggaria. Namun Sultan Bayazid 1 dapat mengahancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut.
Sultan Bayazid naik tahta tahun 1389 dan mendapat gelar Yaldirin dan Yaldrum, yang berarti kilat karena terkenal dengan serangan-serangannya yang cepat terhadap lawannya. Ia menaklukkan wilayah-wilayah yang belum ditundukkan oleh para pendahulunya. Di masanya terjadi perang besar antara pasukan Usmani dengan ntentara sekutu Eropa.bayazid tidak gentar mengahdapi pasukan sekutu di bawah anjuran Paus dan bahkan menghancurkan pasukan salib. Ekspansi kerajaan Usmani sempta terhenti beberapa lama. Ketika ekspansi diarahkan ke Konstantinopel, tentara Mongol yang dipimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M.
Tentara Turki Usmani mengalami kekalahan. Bayazid bersama puteranya Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M. Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Turrki Usmani. Penguasa-penguasa Seljuq di Asia Kecil melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Wilayah-wilayah Serbia dan Bulgaria juga memproklamasikan kemerdekaan. Dalam pada itu putera Bayazid saling berebut kekuasaan. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I (1403-1421 M) dapat mengatasinya. Sultan Muhammad berusaha keras menyatukan negaranya dan mengembalikan kekuatan dan kekuasaan seperti sediakala.
b)     Periode Kedua
Periode ini ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya pertumbuhan sampai ekspansinya yang terbesar. Sultan-sultannya adalah:
·         Muhammad I (Putera Bayazid I)                      1 403-1421
·         Murad II (Putera Muhammad I)                       1421-1451
·         Muhammad II Fatih (Putera Murad II)              1451-1481
·         Bayazid II (Putera Muhammad II)                    1481-1512
·         Salim I (Putera Bayazid II)                               1512-1520
·         Sulaiman I Qanuni (Putera Salim I)                  1520-1566
Setelah Timur Lenk meninggal dunia tahun 1405 M, kesultanan Mongol dipecah dan dibagi-bagi kepada putera-peteranya yang satu sama lain saling berselisih. Kondisi ini dimanfaatkan oleh penguasa Turki Usmani untuk melepaskan diri. Namun pada saat ittu juga terjadi perselisihan antara putera-putera Bayazid (Muhammad, Isa, dan Sulaiman). Setelah sepuluh tahun perebutan kekuasaan terjadi, akhirnya Muhammad berhasil mengalahkan saudara-saudarnya. Usaha Muhammad yang pertama kali ialah mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negeri. Muhammad baru diakui seluruh wilayah Usman setelah berjuang kurang lebih sepuluh tahun. Ia mempunyai strategi yang berbeda untuk menghadapi semua lawannya.ia membuat perjanjian damai dengan raja-raja Eropa dan menaklukkan wilayah-wilayah yang menentang satu demi satu. Akirnya wilayah Usman dapat disatukan satu demi satu. Integrasi wilayah ini tampaknya mengejutkan Eropa karena mereka sama sekali tidak menduga bahwa Usman akan bangkit kembali karena sudah berantakan akibat serangan Timur Lenk. Sultan meninggal tahun 1421 M dan digantikan oleh putranya Murad II.
Sultan Muran II naik tahta ketika beliau berumur muda sehingga tidak dihiraukan oleh raja-raja Eropa. Banyak tantangan yang dia hadapi. Yang paling penting adalah bersatunya pasukan Eropa di bawah komando negeri Honggaria dengan Huynade sebagai pemimpinnya. Serangan-serangan terhadap dunia Islam membuahkan kemenangan, yang memaksa Murad II untuk berdamai dengan mereka. Perdamaian dengan sumpah di bawah kitab suci masing-masing agama itu Injil dan al-Qur’an dikhanati oleh pihak Kristen. Mereka bernafsu menyerang kembali Usman tanpa menghiraukan perjanjian yang telah dibuat belum lama berselang. Sultan Murad yang semula mengundurkan diri dari panggung politik bangkit keembali guna menghadapi penghinatan itu. Akhirnya dengan semangat yang tinggi dan serangan yang dahsyat pasukan Huynade dapat dilumpuhkan dan ia lari ke Eropa. Sultan Murad II meninggal setelah itu, pada tahun 1451 M, dan digantikan oeh putranya, Muhammad II. Sultan Muhammad II naik tahta pada tahun 1451 M dengan mewarisi kerajaan yang luas. Ia terkenal dengan nama Al-Fatih, sang penakluk atau pembuka, karena pada masanya Konstantinopel sebagai ibu kota Bizantium berabad-abad lamanya dapat ditundukkan. Hal itu terjadi pada tahu 1453 M. Pasukan Usmani memblokade kota berbenteng kat itu dari segala penjuru yang akhirnya kota itu dapat ditaklukkan. Gereja Aya Sophia yang terkenal itu diubah menjadi mesjid dan kebebasan beragama dijamin. Ibu kota Usmani dipindahkan ke kota itu dari Edirne. Telah berulang kali pasukan muslim sejak masa Umayyah berusaha menaklukkan Konstantinopel, tetapi selalu gagal karena kokohnya benteng di kota tua itu. Dengan terbukannya kota Konstantinopel sebagai benteng pertahanan terkuat keerajaan Bizanthium, lebih memudahkan arus ekspansi Turki Usmani ke benua Eropa. Dan wilayah Eropa bagian timur semakin terancam oleh Turki Usmani. Karena ekspansi Turki Usmani juga dilakukan ke wilayah ini bahkan sampai ke pintu gerbang kota Wina, Austria. Sultan Muhammad mengembangkan wilayahnya lebih lanjut setelah penaklukan yang dinanti-nanti oleh umat Islam. Sultan meninggal tahun 1481 dan diganti oleh putranya Bayazid II.
Berbeda bengan ayahnya Bayazid II lebih memnetingkan kehidupan tasawuf daripada perang di medan laga. Kelemahannyaa di bidang pemerintahan yang cenderung berdamai dengan musuh mengakibatkan Sultan itu tidak begitu ditaati oleh rakyatnya, termasuk putera-puteranya. Bahkan terjadi perselisihan yang panjang antara mereka. Akhirnya Sultan Bayazid II mengundurkan diri dari pemerintahan tahun 1512 dan digantikan oleh puteranya Salim I.

Berbeda dengan ayahnya Sultan Salim I memiliki kemampuan memerintah dan memimpin peperangan. Maka pada saat pemerintahannya wilayah Usman bertambah luas hingga menembus Afrika Utara. Syria dapat ditaklukan dan Mesir yangg diperintah oleh kam Mamalik ditundukkan pada tahun 1517 M. Gelar khalifah yang disandang oleh al-Mutawakkil ‘ala Allah, salah seorang keturunan Bani Abbas yang selamat daris serangan bangsa Mongol 1235 M dan pada saat itu yang berada di bawah proteksi Mamluk, diambil alih oleh Sultan. Dengan demikian sejak masa Sultan Salim para sultaan Usmani menyandang juga gelar khalifah. Walaupun sangat sebentar sekali berkuasa Sultan Salim sangat berjasa membentangkan wilayahnya hingga mencapai Afrika Utara, suatu hal yang belum pernah dilakukan oleh para pendahulunya. Ia meninggal tahun 1520 dan digantikan oleh anaknya Sulaiman I. Pada masa Sultan Sulaiman I ini terjadilah zaman keemasan bagi kerajaan Turki Usmani. Wilayahnya mencapai kawasan yang luas, meliputi daratan Eropa hingga Austria, Mesir dan Afrika Utara  hingga Aljazair dan Asia hingga ke Persia. Serta meliputi lautan Hindia, laut Arabia, laut Merah, Lut Tengah dan Laut Hitam. Ia menyebut dirinya sebagai Sultan dari segala Sultan, raja diraja,  pemberi anugrah mahkota bagi raja-raja dan bayang-bayang Allah di muka bumi. Ia membuat dan memberlakukan Undang-undang di wilayahnya sehingga ia disebut al-Qanuni, pembuat Undang-undang. Orang Barat menyebutnya sebagai Sulaiman yang agung, The Magnificinet. Ia wafat taahun 1566 dan digantikan oleh putranya Salim II. Di masa anaknya inilah mulai tampak kemunduran kerajaan Usmani sedikit demi sedikit. 

c)      Periode Ketiga
Periode ini ditandai dengan kemampuan Usmani untuk mempertahankan wilayahnya, sampai lepasnya Hungaria. Namun kemunduran segera terjadi. Dalam masa kemunduran Turki Usmani setelah Sulaiman terdapat beberapa Sultan yang berkuasa berturut-turut sebagai berikut:
·         Salim II (Putera Sulaiman I)               1566-1573
·         Murad III (Putera Salim II)                1573-1596
·         Muhammad III (Putera Murad III)    1596-1603
·         Ahmad I (Putera Muhammad III)      1603-1617
·         Mustafa I (Putera Ahmad I)               1617-1618
·         Usman II (Putera Ahmad I)                1618-1622
·         Mustafa I (Yang kedua kalinya)         1622-1623
·         Murad IV (Putera Ahmad I)               1623-1640
·         Ibrahim I (Putera Ahmad I)                1640-1648
·         Muhammad IV (Putera Ibrahim I)      1648-1687
·         Sulaiman III (Putera Ibrahim I)          1687-1691
·         Ahmad II (Putera Ibrahim I)              1691-1695
·         Mustafa II (Putera Muhammad IV)   1695-1703
Pada akhir kerajaan Sulaiman I kerajaan Usmani berada di tengah-tengah dua kekuatan Monarki Austria di Eropa dan keerajaan Shafawi di Asia. Selama periode ini Usmani mencapai kemenangan dibeberapa negara di Eropa. Di Asia sistem Feodal memungkinkan munculnya penguasa-penguasa lokal yang diberi gelar pasya. Mereka ditemukan diperbatasa Persia dan Kurdistan, dan juga di Syria. Melemahnya kerajaan Usmani pada awal periode ini sebagian besar disebabkan oleh alasan domestik. Selama abad ke-16 sudah tampak bahwa Usmani hanya bisa bertahan dengan perang yang terus menerus, sekarang keadaan itu harus disesuaikan dengan kondisi aman. Pengganti Sulaiman tidak sesuai dengan tuntutan kondisi itu. Sultan Muhammad II, Usman II, dan Muhammad IV sering menyertai pasukan dalam ekspedisi, tetapi Murad IV adalah Sultan terakhir yang mempertahankan tradisi ghazi. Jadi para sultan selanjutnya kurang terlibat langsung dalam administrasi negara sekalipun mereka tetap dikelilingi oleh tradisi kebesaran.
Namun ini tidak menyelamatkan pembunuhan Usman II pada tahun 1628 dan pemakzulan Ibrahim pada tahun 1648 dan Muhammad IV pada tahun 1688. Bahkan para penguasa dan jendral memainkan peran lebih penting dalam pemerintahan, seperti Mehmed Saqoli Pasya di bawah Salim II, Sinan Pasya di bawah Muhammad II, Murad Pasya dan Khalil Pasya di bawah Ahmad I dan Usman II. Di samping itu beberapa kelompok lain bersaing dalam mengatur negara, seperti korps Janissari, Sipahi, lingkaran istana dan ulama’ dengan instuisinya syaikh al-islam. Murad IV adalah satu-satunya sultan yang sanggup menekan pengaruh kelompok-kelompok itu. Ia bahkan berhasil meningkatkan kekuatan militer baru, Segban, berasama-sama Janissari. Sekalipun terdapat gejolak keagamaan dari sebagian masyarakat melawan orang-oarangg kristen, para negarawan itu menunjukkan sikap yang sangat toleran.
Ada pemberontakan agama yang dilakukan oleh masyarakat kelas bawah di Asia Kecil, dan ini menunjukkan bahwa tradisi keagamaan lama abad ke-13 dan ke-14 tidak seluruhnya lenyap. Pada tahun 1599 muncul gerakan Qara Yaziji dan Urfa, pada tahun 1606 pemberontakan Qalender Oghlu di Sharukhan, yang sempat beberapa tahun menguasai wilayah yang luas di Anatolia Barat, sampai dihancurkan oleh Murad Pasya; pada tahun 1623-1628 terjadi pemberontakan Abaza yang melawan Janissari. Di Anatolia timur ada gerakan pemisahan diri di bawah seorang Kurdi bernama Janbulat di Syiria Utara.
d)     Periode Keempat
Periode ini ditandai dengan secara berangsur-angsur surutnya kekuatan kerajaan dan pecahnya wilayah di tangan para penguasa wilayah. Sultan-sultannya adalah sebagai berikut:
·         Ahmad III (Putera Muhammad IV)                           1703-1730
·         Mahmud I (Putera Mustafa II)                                   1730-1754
·         Usman III (Putera Mustafa II)                                               1754-1757
·         Mustafa III (Putera Ahmad III)                                 1757-1774
·         Abdul Hamid (Putera Ahmad III)                              1774-1788
·         Salim III (Putera Mustafa III)                                                1789-1807
·         Mustafa IV (Putera Abd. Al-Hamid I)                       1807-1808
·         Mahmud II (Putera Abd. Al-Hamid II)                     1808-1839
·          
Selama abad ke-18 tanda-tanda kemunduran kerajaan Turki semakin tampak. Sebab-seba kemunduran itu terdapat dalam kondisi politik. Dampak masa transisi dari penaklukan ke masa damai dimanfaatkan oleh kekuatan-kekuatan asing, seperti Austria dan Rusia. Sistem administari tetap sama selama periode ini. Dalam hampir semua bidang otoritas pemerintah pusat kehilangan pengaruhnya. Pada awal abad ke-18 hal ini belum begitu tampak. Konstantinopel masih merupakan ibukota yang cemerlang di mana istana Ahmad III memberikan contoh sebuah kehidupan yang mewah . pada periode ini pula terjadi perkembangan literatur yang pesat diluar lingkaran ulama’. Kelas baru sastrawan muncul yang menjadi cikal bakal lahirnya kelas menengah intelektual yang bermula pada awal abad ke-19. Demikian juga lahir pelukis-pelukis baru sejak tahun 1727. Kelas baru dari fungsionaris ini adalah budak-budak sultan. Hanya di bawah Muhammad II posisi mereka diatur dengan cara yang lebih liberal.dalam situasi pemerintahan itu Janissari dan Sipahi yang disisplin mereka sekarang mengedor beberapa kali memberontak. Pemberontaka Janissari yang dipimpin oleh Patrona Khalil pada tahun 1730 yang menyebabkan hilangnya tahta Ahmad III, tampaknya lebih ditujkan untuk melawan aristokrasi baru itu. Setelah Ahmad III kehidupan di istana menjadi lebih tenang. Kelas penguasa dan para sultan mulai menyadari kelemahan kerajaan dan berusaha mengatasinya dengan cara memperkenalkan pembaharuan militer. Salim III melaksanakan pembaharuan militer, tetapi sangat sedikit yang mendukungnya. Intitisi pasukan baru yang menyebabkan pemberonrakan Janissari yang didukung oleh para ulam’.
Mahmud II akhirnya mempertimangkan reformasi yang lebih terencana. Ia akhirnya mengambil kesimpulan bahwa tidak ada jalan lain dalam melaksanakan pembaharuan selain melakukan pembunuhan massal terhadap Janissari, tindakan itu benar-baenar terjadi di Konstantinopel pada 16 Juni 1826. Pada saat yang sama tarekat Bektassyyiyah ditindas. Lemahnya kerajaan pusat telah menjadi karakterr kerajaan Usmani pada abad ke-18. Aljazair, Tunisia, dan Tripoli diperintah oleh para Bey secara turun-temurun. Mesir diambil alih oleh Ali Bey. Di Anattholia pada tahun 1739 ada pemberontakan yang berbahaya dari Syari Beg Oghlu. Di Mesopotamia dan Iraq kondisinya juga demikian. Di syiria kaum Druze memiliki amirnya sendiri dan daerah pantai dikuasai oleh Jazzar Pasya dari Akka.

e)      Periode Kelima
Periode ini ditandai dengan kebangkitan kultural dan administratif dari negara di bawah pengaruh ide-ide barat. Sultan-sultanya adalah:
·         Abdul Majid I (Putera Mahmuud II)                          1839-1861
·         Abdul Aziz (Putera Mahmud II)                                1861-1876
·         Murad V (Putera Abd. Majid I)                                 1876-1876
·         Abdul Hamid II (Putera Abd. Majid I)                      1876-1909
·         Muhammad V (Putera Abd. Majid I)                         1909-1918
·         Muhammad IV (Putera Abd. Majid I)                         1918-1922
·         Abdul Majid II (1922-1924), hanya bergelar khalifah, tanpa sultan yang akhirnya diturunkan pula dari jabata khalifah. Turki Usmani di hapus oleh Kemal Attarurk dan Turki menjadi negara nasiona Republik Turki.
Pada periode ini muncul gerakan pembaharuan yang kurang lebih merupak aplikasi dari Tanzimat. Namun demikian tantangan Barat terus berlanjut sehingga secara bertahap wilayah Usmani semakin berkurang. Pada tahun 1865 Turki kehilangan Serbia, dan dua kerajaan kecil di Danube. Pada tahun 1878 Serbia, Montonegro dan Rumania lepas dari Usmani, sedang Bulgaria menjadi semiindependen. Di kawasa Caucasia Turki kehilangan Qars dan Batum. Inggris mencaplok Cyprus dan Mesir. Burgaria merdeka dan Bosnia dan Herzegovina diambil oleh Austria. Kemudian Tripoli jatuh ketangan Italia.
Selama abad ke-19 hubungan Turki dengan Persia berjalan baik. Namun, karena keterlibatan Turki dalam perang Dunia menyebabkan kehilangan beberapa wilayah di Asia. Konstantinopel sendiri diduduki oleh pasukan sekutu. Kemunduran politik ini pada akhirnya mengentarkan turunnya sultan Muhammad VI pada tahun 1922 dan kemudian hilangnya kerajaan Usmani Ekspansi Wilayah Dinasti Turki Usmani


C.  Ekspansi Wilayah Dinasti Turki Usmani
  1. Ke Eropa
Dengan modal wilayah sempit di Anatolia Tengah ditambah dengan bekas wilayah Saljuk Rum, Turki Usmani mengembangkan sayapnya ke Eropa. Mula-mula mereka menaklukkan Asia kecil dahulu kemudian menyeberang ke daratan Eropa. Bursa, yang masih di daratan Asia yang terletak di tepi lauat Marmara ditundukkan oleh usmani ketika kekuasaannya masih dini, pada tahun 1324 M. kota itu diserang oleh Usman bersama dengan anaknya. Orkhan yang memindahkan ibu kota Usmani ke kota taklukan itu pada tahun 1326. Ketika memerintah Orkhan memperluas wilayahnya.
Murad I, sebagai pengganti Orkhan dapat menaklukkan Adrianopel yang diganti namanya dengan Edisne pada tahun 1361 kota itu dijadikan ibu kota Usmani setelah dipindahkan dari Bursa. Murad dapat menyeberangai sungai Danube dan menaklukkan Macedonia antara tahun 1371 sampai 1387. Peparangan dapat dimenangkan oleh Usmani dibawah pimpinan sultan Murad. Tetapi nasib malang menimpa sultan itu ia mati ditangan serdadu Servia (Serbia) yang berpura-pura mati.
Bayazid I, sebagai gantu Murad I diangkat menjadi Sultan tahun 1389. Ia berhasil menundukkan wilayah Turkeman di Anatolia Barat dan sisa-sisa wilayah Anatolia lainnya. Ia dapat menjadikan Bulgaria di bawah control pemerintahan usmani dan menderak tentara Salib di bawah pimpinan Hongaria. Tetapi Bayazid kalah perang melawan timur Lank diantara tahun 1402. Ia ditawan hingga wafat tahun 1403. Penggantinya Muhammad I dapat menundukkan saudara-saudaranya dan dapat memulihkan kekuasaan Usmani. Ketika Murad II sebagai pengganti Muahammad I, ia dapat menaklukkan  Salonika tahun 1430.

  1. Penaklukkan Konstantinopel
Hal yang perlu pemakalah sampaikan di sini adalah tentang penaklukan konstantinopel, hal ini dikarenakan penaklukan kota konstantinopel tidak hanya dilakukan oleh pasukan usmaniyah saja, namun sejak masa dinasti Umayyah, usaha-usaha penaklukan kota konstantinopel sebagai ibukota bizantium yang dikuasai oleh Romawi Timur, menjadi prioritas utama, selain atas dasar hadits nabi, penaklukan ini juga bermotif politik dan agamis, karena di sanalah tempat yang strategis untuk penyebaran islam selanjutnya, bahkan turki usmani tidak akan mencapai keemasannya tanpa dimulai dengan penaklukan konstantinopel oleh Muhammad Al-Fatih, sehingga kemudian turki usmani bisa menguasai wilayah yang sangat luas semasa sulaiman al-Qanuni.
Usaha penaklukan konstantinopel bermula masa dinasti Umayyah, usaha penyerangan pertama pada masa Muawiyah bin Abi sufyan tahun 44 H, namun tidak berhasil, serangan paling besar pada masa dinasti umayyah dilakukan pada masa Sulaiman bin Abdul Malik tahun 98 H. pada masa Abbasiyah, berlangsung jihad yang terus menerus melawan pemerintahan Byzantium, namun serangan belum sampai pada konstantinopel, walaupun diakui bahwa Harun Ar-Rasyid pada tahun 190 H mampu menimbulkan gejolak di dalam negeri Byzantium.
Masa selanjutnya dilakukan oleh dinasti saljuk pimpinan Alib Arselan yang bmengalahkan Kaisar Rumanos, dan kemudian diadakan perjanjian pembayaran upeti tahunan pada pemerintah saljuk, ini menunjukkan ketundukan sebagian Byzantium pada islam saat itu. Setelah saljuk melemah, muncul dinasti-dinasti saljuk kecil, seperti saljuk-romawi yang mampu melemahkan kekaisaran romawi.
Pada masa turki usmani, usaha penaklukan Byzantium untuk pertama kalinya dilakukan oleh sultan Bayazid “sang kilat”, yang dengan kekuatan militernya yang kua berhasil mengepung konstatinopel tahun 1393 M. awalnya sultan melakukan perjanjian damai pada penguasa konstantinopel untuk menyerahkan konstantinopel dengan damai tanpa pertumpahan darah. Namun kaisar romawi mengulur-ulur waktu dan mencari-cari cara untuk melawan kepungannya. Dia kemudian meminta bantuan Negara-negara Eropa. Sebenarnya saat itu konstantinopel sudah melemah, namun pada saat yang bersamaan, muncullah rival turki usmani, yaitu kerajaan Mongolia di bawah pimpinan Timurlenk, yang menyerbu wilayah-wilayah turki usmani. Terpaksa pasukan ditari untuk menghadapi pasukan mongol, yang kemudian terkenal dengan perang Ankara, dimana pihak bayazid kalah.
Usaha kedua masa turki usmani dilaksanakan oleh Murad II, usaha dilakukan dengan serangan bertubi-tubi ke konstantinopel sebagai pusat bizantium. Namun siasat kaisar romawi lebih unggul, dia berhasil meminimalisirnya dengan memberikan bantuan-bantuan financial bagi pemberontak yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan turki usmani. Sehingga konsentrasi pasukan terpecah menjadi dua, dan konstantinopel tidak berhasil dikuasai.
Masa penaklukan konstantinopel oleh Muhammad Al-Fatih. Atas ajaran dari ustadnya Syaikh Aaq Syamsuddin, yang senantiasa memberikan dasar-dasar islam yang kuat, juga ajaran penyebaran dakwah islam, disamping karena dia teah mengikuti peperangan dengan romawi bersama ayahnya Murad II. Dia kemudian menyusun strategi yang benar-benar kuat. Strategi pertamanya adalah mengamankan wilayah kekuasaannya dengan mengadakan konsolidasi-konsolidasi. Setelah erasa situasi dalam negeri kekuasaannya aman, dia mulai merancang taktik penyerangan ke konstantinopel. Dia melatih 250.000 mujahid siap tempur, jumlah yang sangat banyak dibandingkan jumlah pasukan islam lain semasanya, dengan menanamkan semangat jihad di jalan Allah, dia juga selalu mengingatkan mereka tentang peujian Rasulullah bagi mereka yang mampu membuka konstantinopel. Adapun hadits nabi tersebut berbunyi:
لتفتحنّ القسطنطية على يد رجل فلنعم الأمير أميرها ولنعم الجيش ذلك الجيش
Konstantinopel akan bisa ditaklukkan di tangan seorang laki-laki, maka orang yang memerintah di sana adalah sebaik-baik penguasa dan tentaranya adalah sebaik-baik tentara”. 
Hadis himmah (cita-cita) nabi tersebut mampu menciptakan semangat jihad yang kuat bagi pasukan usmani. Semangat moril itu diperkuat dengan infrastruktur angkatan perang yang mutakhir dan strategi yang canggih. Dimana sultan Muhammad membangun benteng Romali hishar di selatan eropa di selat borphorus sebagai titik strategis untuk melancarkan serangan dan mensuplai peperangan.  Tidak hanya itu, sultan Muhammad juga membangun sebuah meriam berbobot ratusan ton untuk menghancurkan benteng konstantinopel. Selain itu angkatan laut juga dipersiapkan dengan membangun 400 kapal, karena kota konstantinopel berdekatan dengan laut.


Saat pengepungan dilaksanakan, kaisar romawi telah meminta bantuan kepada Negara-negara Kristen eropa, namun ada beberapa masalah internal Kristen pada saat itu sehingga bantuan kurang maksimal. Konflik yang dimaskudkan adalah bahwasannya Kristen di konstantinopel beraliran orthodox sedangkan Kristen di kekaisaran Byzantium beraliran katolik. Hal ini juga lah yang menjadikan kelemahan tersendiri bagi mereka sehingga, konstantinopel bisa ditaklukkan, dengan strategi yang luar biasa, perpaduan taktik dan strategi angkatan darat dan angkatan laut, dimana angkatan laut menyerang dari belakang benteng sehingga pasukan penjaga benteng konstantinopel terbagi menjadi mudah, sehingga armada darat bisa lebih mudah menghancurkan benteng kota konstantinopel.   
Lima faktor yang menyebabkan kesuiksesan Dinasti Usmani dalam perluasan wilayah Islam, diantaranya:
    Kemampuan orang-orang Turki dalam strategi perang terkombinasi dengan cita-cita memperoleh ghonimah (harta rampasan perang).
    sifat dan karakter orang Turi yang selalu ingin m,aju da tidak pernah diam serta gaya hidupnya yang sederhana, sehingga memudahkan untuk tujuan penyerangan.
    Semangat jihad dan ingin mengembangkan Islam.
    Letak Istanbul yang sangat strategis sebagai ibu kota kerajaan jugasangat menunjang kesuksesan perluasan wilayah ke Eropa dan Asia.
    Kondisi kerajaan-kerajaan di sekitarnya yang kacau memudahkan Dinasti Usmani menglahkannya

D.    Masa Kejayaan Dinasti Turki Usmani

1.      Bidang Kemiliteran
Para pemimpin kerajaan Turki Usmani adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Namun, kerajaan Turki Usmani mencapai masa keemasannya bukan semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinnya. Akan tetapi yang terpenting diantaranya adalah keberanian, ketrampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanngup bertempur kapan saja dan dimana saja. Orkhan pemimpin Turki Usmani yang pertama kali mengorganisasi kekuatan militer dengan baik serta taktik dan strategi tempur yang teratur. Pada periode ini tentara Islam pertama kali masuk ke Eropa. Orkhan berhasil mereformasi dan membentuk tiga pasukan utama tentara. Pertama, tentara Sipahi (tentara reguler) yang mendapatkan gaji tiap bulannya. Kedua, tentara Hazeb (tentara ireguler) yang di gaji pada saat mendapatkan harta rampasan perang (Mal al-Ghanimah). Ketiga, tentara Jenissary atau Inkisyariyah (tentara yang direkrut pada saat berumur 12 tahun, kebanyakan adalah anak-anak Kristen yang dibimbing Islam dengan disiplin yang kuat). Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Turki Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negeri-negeri non muslim.
Orkhan juga membenahi angkatan laut karena ia mempunyai peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki Usmani. Pada abad ke-16, angkatan laut Turki Usmani mencapai puncak kejayaan, karena dengan cepat dapat menguasai wilayah yang amat luas baik di Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang mendorong kemajuan di bidang kemiliteran ini adalah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan. Yang mana tabiat ini merupakan tabiat yang mereka warisi dari nenek moyangnya di Asia Tengah.
2.      Bidang Pemerintahan
Suksesnya Ekspansi Turki Usmani selain karena ketangguhan tentaranya juga dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas para raja-raja Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi. Dibantu oleh shadr al-a’zham (perdana menteri) yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I dan di bawahnya terdapat beberapa orang al-Zanaziq atau ‘Alawiyah (bupati).
Contohnya, ketika Turki Usmani dipimpin oleh Murad II. Beliau adalah seorang penguasa yang saleh dan dicintai rakyatnya, ia juga seorang yang sabar, cerdas, berjiwa besar, dan ahli ketatanegaraan. Bahkan Murad II banyak mendapat pujian dari sejarawan barat. Selain itu, di masa pemerintahan Sultan Sulaiman I untuk mengatur urusan pemerintahan negara disusun sebuah kitab undang-undang (Qanun) yang diberi nama Multaqa al-Abhur yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani.
3.      Bidang Ilmu Pengetahuan
Turki Usmani merupakan bangsa yang berdarah militer, sehingga lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran. Sementara dalam bidang ilmu pengetahuan tidaklah begitu menonjol. Karena itulah dalam khazanah intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuwan terkemuka dari Turki Usmani.
Namun demikian, mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang indah. Seperti masjid Al-Muhammadi atau masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, masjid Agung Sulaiman, dan masjid Abi Ayyub Al-Anshari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah. Ada salah satu masjid yang terkenal keindahan kaligrafinya adalah masjid yang asalnya Gereja Aya Sopia. Yang mana hiasan kaligrafi itu dijadikan penutup gambar Kristiani yang ada sebelumnya. Selain itu, pada masa sultan Sulaiman I di kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak di bangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum.
4.      Bidang Budaya
Pengaruh dari ekspansi wilayah Turki Usmani yang sangat luas, sehingga kebudayaannya merupakan perpaduan macam-macam kebudayaan. Diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Dari Bizantium, organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap. Sedangkan dari Arab, mereka banyak menyerap ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial kemasyarakatan, keilmuan, dan bahasa/huruf. Orang-orang Turki Usmani memang terkenal sebagai bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar.

5.      Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki Usmani mempunyai peranan besar dalam bidang sosial dan politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Pada masa pemerintahan Sulaiman al-Qanuni rakyat muslim diwajibkan harus sholat lima kali dan berpuasa di bulan Ramadhan. Jika ada yang melanggar tidak hanya dikenai denda namun juga sanksi badan. Sehingga sultan Sulaiman al-Qanuni bukan hanya sultan yang paling terkenal di kalangan Turki Usmani, akan tetapi pada awal abad ke 16 beliau adalah kepala negara yang paling terkenal di dunia. Beliau seorang penguasa yang shaleh, dan juga berhasil menerjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa Turki. Bahkan pada saat Eropa terjadi pertentangan antara Katolik, mereka diberi kebebasan dalam memilih agama dan diberikan tempat di Turki Usmani. Bahkan Lord Cerssay mengatakan, bahwa pada zaman dimana dikenal ketidakadilan dan kedzaliman Katolik Roma dan Protestan, maka Sultan Sulaiman yang paling adil dengan rakyatnya meskipun ada yang tidak beragama Islam.
Di kerajaan Turki Usmani, tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling terkenal ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Kedua tarekat banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh yang sangat dominan di kalangan Jenissary, sehingga mereka sering disebut dengan tentara Bektasyi. Sementara tentara Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissary Bektasyi.         Di lain pihak, kajian-kajian ilmu keagamaan seperti: Fiqh, ilmu kalam, Tafsir, dan Hadist boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu paham (Madzab) keagamaan dan menekan Madzab lainnya. Contoh Sultan Abd Al-Hamid II begitu fanatik terhadap aliran Ash-‘Ariyah. Akibat kelesuan di bidang ilmu keagamaan dan fanatik yang berlebihan, maka ijtihad tidak berkembang





E.     Keruntuhan Dinasti Turki Usmani
Kerajaan Turki Usmani mulai melemah semejak meninggalnya Sulaeman Al Qanuni. Pengganti Sulaeman I, Sultan Salim II merupakan pemimpin yang lemah dan pada umumnya tidak berwibawa. Sehingga kenaikan Sultan Salim II (1566-1574) dianggap sebagai permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhirnya zaman keemasannya.
Selain itu para pembesar kerajaan hidup dalam kemewahan sehingga sering terjadi penyimpangan keuangan Negara. Sekalipun demikian serangan Eropa masih terus berlangsung terutama penaklukkan terhadap kota Wina di Australia. Usaha penaklukkan ini ternyata juga tidak berhasil.
Melemahnnya semangat perjuangan prajurit utsmani menyebabkan sejumlah kekalahan dalam pertempuran menghadapi musuh-musuhnya. Pada tahun 1663, tentara utsmani menderita kekalahan dari serangan pasukan gabungan armada Spanyol, bandulia, dan armada sri paus. Tahun 1676, Pasukan Usmani juga mengalami kekalahan dalam pertempuran di Hungaria. Pada tahun 1699 Turki kalah dalam pertempuran di Mohakez sehingga terpaksa menandatangani perjanjian karlowits yang berisi pernyataan kerajaan Usmani harus menyerahkan seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada penguasa Venetia.
Pada 1770 M pasukan Rusia mengalahkan pasukan Usmani di Asia kecil. Sehingga pada tahun 1774, penguasa Utsmani, Abdul Hamid menandatangani perjanjian dengan Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan Crimenia dan penyerahan benteng-benteng pertahanan di laut hitam serta memberikan izin kepada Rusia untuk melintasi selat antara laut hitam dengan laut putih.
Periode keruntuhan kerajaan Turki Usamani termanifestasi dalam dua priode yang berbeda pula, yaitu: pertama, priode desentralisasi yang dimulai pada awal pemeritahan Sultan Salim II (1566-1574) hingga tahun 1683 ketika angkatan bersenjata Turki, Usmani gagak dalam merebut kota Fiena untuk kedua kalinya. Kedua, priode dekompresi yang terjadi dengan munculnya anarki internal yang dipadukan dengan lepasnya wilayah taklukan satu per satu.


Pada abad ke 16 kelompok derfisme telah menjadi kelompok yang solid dan mendominasi kekuatan politik bahkan menggeser posisi para aristoerat Turki tua. Namun pada perkembangan selanjutnya terjadi konflik intern yang menyebabkan mereka berkotak-kotak dan terjebak dalam politik praktis. Mereka mengkondisikan Sultan agar lebih suka tinggal menghabiskan waktunya di Istana Keputren ketimbang urusan pemerintahan, agar tidak terlibat langsung dalam intrik-intrik politik yang mereka rancang.
Dengan mengeploitasi posisinya di mata penguasa terhadap rakyat, mereka memanipulasi pajak dengan kewajiban tambahan kepada petani, akibatnya banyak penduduk yang berusaha untuk masuk ke dalam korp Jannisari. Hal ini mengakibatkan membengkaknya jumlah keanggotaan Jannisari yang hingga pertengahan abad ketujuh belas mencapai jumlah 200.000 orang.
Faktor-Faktor penyebab hancurnya Turki Usmani. Untuk menentukan faktor penyebab utama kehancuran kerajaan Turki usmani merupakan persoalan yang tidak mudah. Alam sejarah lima abad akhir. Abad ke tiga belas sampai abad ke Sembilan belas, Kerajaan Turki Usmani merupakan sebuah proses sejarah panjang yang tidak terjadi secara tiba-tiba.
Mengamati sejarah keruntuhan Kerajaan Turki Usmani, dalam bukunya Syafiq A. Mughani melihat tiga hal kehancuran Turki Usmani, yaitu melemahnya sistem birokrasi dan kekuatan militer  Turki Usmani, kehancuran perekonomian kerajaan dan munculnya kekuatan baru di daratan Eropa serta serangan balik terhadap Turki Usmani.
1.      Kelemahan para Sultan dan sistem birokrasi
Ketergantungan sistem birokrasi sultan Usmani kepada kemampuan seorang sultan dalam mengendalikan pemerintahan menjadikan institusi politik ini menjadi rentang terhadap kejatuhan kerajaan. Seorang sultan yang cukup lemah cukup membuat peluang bagi degradasi politik di kerajaan Turki Usmani. Ketika terjadi benturan kepentingan di kalangan elit politik maka dengan mudah mereka berkotak-kotak dan terjebak dalam sebuah perjuangan politik yang tidak berarti. Masing-masing kelompok membuat kualisi dengan janji kemakmuran, Sultan dikondisikan dengan lebih suka menghabiskan waktunya di istana dibanding urusan pemerintahan agar tidak terlibat langsung dalam intrik-intrik politik yang mereka rancang. Pelimpahan wewenan kekuasaan pada perdan menteri untuk mengendalikan roda pemerintahan.
Praktik money politik di kalangan elit, pertukaran penjagaan wilayah perbatasan dari pasukan kefelerike tangan pasukan inpantri serta meluasnya beberapa pemberontakan oleh korp Jarrisari, untuk menggulingkan kekuasaan merupakan ketidak berdayaan sultan dan kelemahan sistem birokrasi yang mewarnai perjalanan kerajaan Turki Usmani.
2.      Kemerosotan kondisi sosial ekonomi
Perubahan mendasar terjadi terjadi pada jumlah penduduk kerajaan sebagaimana terjadi pada struktur ekonomi dan keuangan. Kerajaan akhirnya menghadapi problem internal sebagai dampak pertumbuhan perdagangan dsn ekonomi internasional. Kemampuan kerajaan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mulai melemah, pada saat bangsa Eropa telah mengembangkan struktur kekuatan ekonomi dan keuangan bagi kepentingan mereka sendiri. Perubahan politik dan kependudukan saling bersinggungan dengan perubahan penting di bidang ekonomi. Desentralisasi kekuasaan dan munculnya pengaruh pejabat daerah memberikan konstribusi bagi runtuhnya ekonomi tradisional kerajaan  Turki Usmani.
3.      Munculnya kekuatan Eropa
Munculnya politik baru di daratan Eropa dapat dianaggap secara umum faktor yang mempercepat proses keruntuhan kerajaan Turki Usmani. Konfrontasi langsung pada dengan kekuatan Eropa berawal pada abad ke XFI, ketika masing-masing kekuatan ekonomi berusaha mengatur tata ekonomi dunia. Ketika kerajaan Usmani sibuk membenahi Negara dan masyarakat, bangsa Eropa malah menggalang militer, Ekonomi dan tekhnologi dan mengambil mamfaat dari kelemahan kerajaan Turki Usmani.
4.      Pemberontakan-pemberontakan internal.
Pemberontakan-pemberontakan terjadi dimana-mana, mulai dari Makkah, Wahabiyah, Druze dan pemberontakan di Wilayah pusat kekuasaan telah memperlemah kekuatan militer dan politik.

Faktor-faktor keruntuhan Kerajaan Turki Usmanin dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu: secara internal dan eksternal ;
secara internal, yaitu:
·         Luasnya wilayah kekuasaan dan buruknya sistem pemerintahan yang ditangani oleh orang-orang berikutnya yang tidak cakap, hilangnya keadilan, merajalelalanya korupsi dan meningkatnya kriminalitas, merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keruntuhan kerajaan Usmani.
·         Heterogenitas penduduk menyebabkan kurangnya rasa persatuan, terlebih Usmani merupakan kerajaan yang coraknya militer. Padahal militerisme diakui sangat sulit untuk membentuk suatu persatuan.
·         Kehidupan yang istimewa dan bermegahan. Sangat disayangkan pula bila kehidupan istana jauh dari nilai-nilai keislaman, justru sikap bermegah-megahan dan istimewa serta memboroskan uang terjadi pula di kerajaan turki Usmani.
·         Merosotnya perekonomian Negara akibat pemborosan harta dan peperangan Turki mengalami kekalahan terus menerus.
Secara eksternal, yaitu:
·         Timbulnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan Turki berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut, Maka walaupun kerajaan Usmani memperlakukan mereka sebaik mungkin, namun dalam benak mereka tetap saja bila Usmani adalah penjajah yang datang menyerbu dan menguasai wilayah mereka. Dimulailah usaha untuk melepaskan diri dari pemerintahan Usmani. Di Mesir misalnya, Yenisari justru bekerjasama dengan Dinasti Mamalik dan akhirnya berhasil merebut kembali wilayah Mesir pada 1772 M hingga kedatangan Napoleon pada 1789 M. Lalu ada gerakan Wahabisme di tanah Arab yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab yang bekerjasama dengan keluarga Saud, dan akhirnya berhasil memukul mundur kekuasaan Turki dengan bantuan tentara Inggris dari jazirah Arab. Keluarga Saud sendiri memproklamirkan dirinya sebagai penguasa Arab, maka wilayah jazirah Arab selanjutnya dinamakan Saudi Arabia.

·         Terjadinya kemajuan tekhnologi Barat, khususnya dalam bidang persenjataan. Dimana sistem kemiliteran bangsa barat selangkah lebih maju dibandingkan dengan kerajaan Turki Usmani. Oleh karena itu saat terjadi kontak senjata maupun peperangan yang terjadi belakangan, tentara Turki selalu mengalami kekalahan. Terlebih Turki Usmani sangat tidak mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan, Turki mengalami stagnasi Ilmu pengetahuan. Maka otomatis peralatan perangnya pun semakin ketinggalan jaman.
·         Pengaruh kehidupan barat yang masuk ke istana. Penyimpangan orientasi mereka ini membuat terlena dengan keluasan wilayah sehingga membuat mereka meninggalkan perkembangan pendidikan mereka. Berbeda dengan bangsa Eropa yang telah mengugguli mereka, kemunduran kerajaan turki utsmani ini terlihat dari bagian bagian wilayah yang dikuasai oleh turki utsmani ini mulai tergerak ingin merubah hidupnya menjadi yang lebih baik dan muncul paham kapitalisme individual sehingga sebagian mereka ingin melepaskan diri. Tampaknya pengaruh barat mulai mendapatkan hasil dengan kelemahan kerajaan turki ini, dan terlahir paham-paham yang ingin membebaskan, sehingga paham turki sendiri tidak dapat menghalangi mereka.
Perang dunia pertama melengkapi proses kehancuran kerajaan Turki Usmani, pada bulan Desember 1914, Turki Usmani melibatkan diri dalam perang dunia dan berada di pihak Jerman dan Austria. Bantuan militer dan ekonomi Jerman, kekuatan terhadap kekuatan Rusia serta keinginan-keinginan untuk menyelamatkan kendali Turki Usmani menjadi alasan keterlibatan Turki dalam peristiwa tersebut. Pada tahun 1918, aliansi bangsa-bangsa Eropa mengalahkan aliansi militer Jerman, Turki dan Austria. Memasuki tahun 1920, kerajaanTurki Usmani kehilangan keseluruhan provinsi yang ada di semenanjung Baalka. Mesir kemudian menjadi Negara protektorat Inggris dan secara total bebas dari kekuasaan kerajaan Turki Usmani. Akhirnya pada 1924, Kemal Attaturk memaksa Sultan Hamid II untuk menyerahkan kekuasaan Turki Usmani setelah kemal melakukan gerakan pembaharuan melalui Turki Muda-nya, dan penyerahan kekuasaan ini menjadikan Turki Usmani telah berakhir riwayatnya dan kemudian digantikan oleh Republik Turki yang sekuler.
Kehancuran Kerajaan Turki Usmani ini, membuat bangsa-bangsa Eropa semakin mudah menguasai dan menjajah wilayah-wilayah ynag dulu diduduki oleh Usmani yang mayoritas muslim. Maka sejak itulah umat islam berada dalam situasi dijajah oleh bangsa non muslim.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kerajaan Turki Usmani didirikan oleh suku bangsa pengembara yang berasal dari wilayah Asia Tengah, yang termasuk suku kayi. Ketika bangsa Mongol menyerang dunia Islam, pemimpin suku Kayi, Sulaiman Syah, mengajar anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol tersebut dari lari ke arah barat.
Dengan modal wilayah sempit di Anatolia Tengah ditambah dengan bekas wilayah Saljuk Rum, Turki Usmani mengembangkan sayapnya ke Eropa. Mula-mula mereka menaklukkan Asia kecil dahulu kemudian menyeberang ke daratan Eropa.
Ibu kota Byzantium itu akhirnya dapat ditaklukkan oleh pasukan Islam di bawah Turki Usmani pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II. Yang bergelar Al-Fatih si Penakluk.
Banyak sekali factor yang turut menyokong kemunduran Turki diantaranya: (1) Luasnya wilayah kekuasaan Usmani tampaknya penguasa Turki hanya menuruti ambisi penakluk, sementara perataan system dan tata pemerintahan terabaikan; (2) Pemberontakan yennisari; (3)Penguasa yang tidak cakap; (4) Merosotnya perekonomian Negara akibat sejumlah peperangan, dimana sebagian peperangan tersebut pihak Turki mengalami kekalahan. Terlepasnya wilayah-wilayah kekuasaan Usmani juga menimbulkan kemerosotan pendapatan Negara; (5) Stakrasi bidang ilmu dan teknologi; (6) Tumbuhnya gerakan nasionalisme.





DAFTAR PUSTAKA
http://initialdastroboy.wordpress.com/2010/04/15/kemunduran-tiga-kerajaan-besar-utsmani-safawi-dan-mughal/
http://kritistransformatif.blogspot.com/2011/01/turki-usmani.html
http://orgawam.wordpress.com/2008/11/28/turki-utsmani-kekhalifahan-berakhir-abad-kemarin/
http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/kerajaan-turki-usmani.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar